Malam ganjil, yang dinantikan oleh hamba-hamba Allah dan kekasih-Nya yang ingin bermanja-manja dan bermesra-mesra dengan penuh ketawadluan dan kekhsyu’an.
Sebagaimana Firman Allah: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah, 2:186).
Malam Lailatul Qodar, adalah malam kemuliaan dan sekaligus penentuan.
Pada malam itu Allah memberi kesempatan kita, untuk menjemput para Malaikat pembawa rahmat dan kasih sayang-Nya, hingga fajar akan terbit.
Malam yang lebih baik dan lebih indah dari 1000 bulan. Kapan malam kemuliaan itu tiba, tampaknya dirahasiakan oleh Allah.
Para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan, malam pertama Ramadhan, ada tanggal 17 Ramadhan, ada yang berpendapat 10 hari terakhir.
Namun mayoritas Sahabat dan Ulama menyatakan 27 Ramadhan. Seorang Ulama Sufi menyatakan pengalamannya, bahwa selama hidupnya dia menjumpai malam Lailatul Qadar itu pada malam 27 Ramadhan.
Ada yang menghitung bahwa huruf Lailatul Qadar terdiri dari 9 huruf, disebut sebanyak 3 kali dalam al-Qur’an, maka tanggal 27 Ramadhan.
Baca Juga: Rektor Fathur Rokhman: Jangan Usik Pilrek, Ada yang Provokasi Kami Tindak secara Hukum
Yang jelas “kerahasiaan” tersebut dimaksudkan, agar hamba-hamba Allah agar berusaha dan bekerja keras, untuk meraihnya dengan memperbanyak ibadah di malam-malam tersebut, sebagaimana dirahasiakannya saat-saat mustajabah di hari jumat, sebagaimana shalat wustha dari shalat lima waktu, dan nama yang Agung dari sekian banyak nama, dan untuk meraih ridha-Nya agar kita berjuang untuk meraihnya di semua malam-malam kemuliaan itu”.