PORTAL PEKALONGAN - Idul Fitri adalah kembalinya jiwa manusia yang boleh jadi sempat dikuasai atau setidaknya dipengaruhi oleh nafsu amarah yang memprovokasi pada perbuatan buruk, jahat, dan dengki, nafsu lawwamah yang sering menyalahkan dirinya sendiri, setelah melalui ritual ibadah puasa Ramadhan, menuju nafsu muthmainnah.
Yakni kondisi hati dan jiwa seseorang yang tenang, nyaman, dan bahagia, karena puasa Ramadhan selesai, dan masih ada satu kebahagiaan, yakni perjumpaan dengan Allah Rabbul ‘Izzah.
Tantangan terberat setelah manusia berada dalam keadaan fitrah, yang diumpamakan laksana bayi yang baru saja dilahirkan dari rahim Ibu, adalah merawat, menjaga, dan meningkatkan derajat kefitriannya dengan memupuk dan menyiraminya dengan memperbanyak amal shaleh.
Manusia yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang terbaik (ahsani taqwim), dalam konteks umat, juga menjadi umat yang terbaik (khaira ummah), karena ada amanat utama, adalah untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah ‘Azza wa Jalla (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Selain itu, juga tugas amar makruf, nahy munkar, di atas basis keimanan yang kuat.
Dalam Taisir at-Tafsir dijelaskan, penegasan ayat bahwa manusia – dan jin – diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah, agar manusia menyibukkan diri dengan kegiatan ibadah.
Ada ulama yang menegaskan, bahwa kesibukan beribadah lebih utama dari bekerja untuk mendapatkan harta, meskipun pada jalan kemanfaatan untuk akhirat.
Baca Juga: 25 Link Twibbon Selamat Hari Perawat Internasional 2022, Cocok Untuk Dibagikan ke Media Sosialmu
Nabi Muhammad saw bersabda: