Keputusan Ulama Ahli Thoriqoh dalam Kongres Pertama yang Patut Kita Teladani. Sudahkan Kita Alim?

- 18 Februari 2023, 23:40 WIB
Ilustrasi. Ulama ingatkan ummat Islam agar tak meneteskan air mata tatkala Ramadhan pergi.
Ilustrasi. Ulama ingatkan ummat Islam agar tak meneteskan air mata tatkala Ramadhan pergi. /pixabay/kareem

PORTAL PEKALONGAN - Kongres ke-I Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh diadakan di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang pada tanggal 10 Oktober 1957. Kongres pertama ini diprakarsai oleh ulama dari daerah Magelang dan Jawa Tengah di antaranya, KH. Chudlon, KH. Dalhar, KH. Sirodj, KH. Hamid Kajoran.

Pada kongres pertama ini belum diputuskan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi serta anggaran rumah tangga organisasi ini masih bersifat sebagai halaqah antara kyai-kyai.

Misalnya dalam salah satu batsul masailnya dibahas hukum masuk thoriqoh bahwa apabila yang dikehendaki masuk thoriqoh itu belajar membersihkan hati dari sifat-sifat yang rendah, dan menghiasi sifat-sifat yang terpuji, maka hukumnya Fardlu ‘ain. Hal ini seperti hadits Rasuiullah SAW yang artinya menuntut ilmu itu diwajibkan bagi orang islam laki-laki dan orang islam perempuan.

Baca Juga: Guncang Dunia! Indonesia Penghasil Nikel Terbesar Dunia, Momentum Lowongan Pekerjaan dan Jadi Negara Industri

Melansir dari Portal Pekalongan.com melalui unggahan videa dalam aplikasi Helo. Seorang kia yang juga turut hadir dalam kongres tersebut, Kembali mengingat akan peristiwa tersebut dimana syarat masuk kedalam jamaah Thoriqoh  diniatkan untuk membersihkan hati  bagi yang bodoh adalah wajib.

“Saya teringat sejarah, Kongres ke-I Jam’iyyah Ahli Thoriqoh di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang tahun 1957, hasil keputusannya, para ulama memutuskan masuk Thoriqoh  diniatkan untuk membersihkan hati  bagi yang bodoh adalah wajib tetapi kalai orang alim tidak wajib.,” ujar sang kiai.

Tidak diwajibkannya orang alim masuk Thoriqoh karena sudah bisa membersihkan diri. Namun setelah diputusakn seperti itu, seorang waliyulloh yakni Mbah Kiai Syiradj Payaman berdiri dan mengangkat tangan kemudian mengungkapkan persetujuan atas keputusan yang telah disepakti para ulama.

Baca Juga: Tetap di Rumah, Goyangkan Jemarimu, dan Raih Penghasilan Fantastis dari Aplikasi TikTok Shop

“Saya setuju keputusan dari para kiai semua, bagi yang bodoh adalah wajib tetapi kalai orang alim tidak wajib namun saya mau bertanya, dari banyaknya kia yang hadir saat ini, siapa yang alim? Silahkan tunjuk jari,” ucap Kiai Syiradj Payaman.

Namun, dari pertanyaan Mbah Kiai Syiradj Payaman, tidak satu pun ulam yang mengangkat tangan tunjuk jari. Padahal pada waktu itu kongres tersebut dihadiri oleh Mbah Maksum Lasem, Mbah Baidlawai Lasem, Mbah Chuldori Tegal Rejo, Mbah Nawawi dan masih banyak lagi.

Halaman:

Editor: Alvin Arifin

Sumber: Helo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x