Melestarikan Fitrah Meraih Prestasi dan Istiqamah, Prof Ahmad Rofiq: Syawal Bulan Peningkatan

- 28 April 2023, 09:12 WIB
Prof Ahmad Rofiq di halaman Masjid Nabawi Madinah setelah shalat Subuh
Prof Ahmad Rofiq di halaman Masjid Nabawi Madinah setelah shalat Subuh /Ali A/

Firman Allah: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra’: 9).

Baca Juga: Selamat! 29.109 Peserta Lulus Calon PPPK Kemenag, Ini Link Cek Pengumumannya

Ada beberapa hal yang dapat diambil, pertama: Al-Qur’an diturunkan sebagai hidayah atau petunjuk bagi manusia, agar mampu merawat fitrah kemanusiaannya, dapat memanusiakan dirinya sendiri dan juga orang lain. Dalam diri manusia, dikarunia fitrah Islam dan tauhid, yakni cenderung kepada hal-hal yang baik, benar, dan indah, bertuhankan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, manusia yang menjaga fitrahnya, dia akan senantiasa rendah hati, tawadhu’, dan menjauhkan diri dari sombong, takabur, riya dan sum’ah. Orang yang menjaga fitrahnya, ia selalu berusaha untuk belajar sepanjang hayat, bertutur kata secara lembut, menjaga akhlakul karimah dan budi pekertinya.

Tujuannya adalah agar ia mampu menduplikasi dan mengimplementasikan sifat Rahman dan Rahim Allah serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Inilah yang dimaksud dari spirit wahyu yang pertama kali diturunkan, QS. Al-‘Alaq :1-5: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengejar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Baca Juga: One Way Arus Balik Dihentikan Lebih Cepat, Upaya Mengurangi Penumpukan Kendaraan Terus Dilakukan

Ketiga, kehidupan manusia dapat menemukan jalan terang menyingkap hal-hal yang menjadi kemajuan manusia, berdasar pada membaca – baik-baik terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun ayat-ayat kauniyah dan sunnatullah, dengan berbasis kesadaran teologis-eskatologis, agar tidak salah arah.

Keempat, Rasulullah saw sebagai sosok pembawa risalah Al-Qur’an, uswatun hasanah yang diamanati dan dipilih oleh Allah menjadi Rasul, digambarkan oleh Syekh Muhammad al-Ghazali, penulis Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad saw sebagai berikut: “Meskipun begitu banyak buku ditulis tentang Nabi Muhammad, sosok agung itu tidak akan pernah selesai diungkap secara final. Sebab batinnya mensamudra, dan ilmunya mencakrawala.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah