Prof Ahmad Rofiq: Puasa Sucikan Hati dari Karat dan Residu Dosa Vertikal dan Sosial

- 19 Maret 2024, 10:40 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Dwi Widiyastuti/

Sementara yang sakit, fokus pada ikhtiar supaya bisa sembuh dan sehat kembali, meskipun harus mengonsumi obat-obatan.

Baca Juga: Menghadapi Masalah Lupa Nomor HP di DANA? Cobalah Login Melalui Email

Kenikmatan dan kesyahduan nilai ibadah puasa yang secara fisik meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, dan hal lain yang bisa membatalkan puasa, hanya bisa dirasakan oleh hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.

Maka jika iman seseorang menipis, kualitas dan grafik taqwanya menurun, maka akan dengan mudah puasanya ditinggalkan.

Itupun ditambah, mereka tampil secara terang-terangan makan, minum, dan merokok di tempat terbuka.

Apabila mereka itu para pekerja berat, tentu bisa dimaklumi, apalagi Alquran juga menoleransi seseorang untuk tidak berpuasa manakala sedang sakit atau bepergian (musafir) yang melebihi jarak tempuh yang membolehkan dhalat qashar dan jama’.

Akan tetapi jika dalam kehidupan sehari-hari ia bekerja di tempat yang sejuk, pekerjaannya secara fisik tidak berat, maka ini adalah indikator kekuatan dan sekaligus kelemahan imannya.

Baca Juga: Langkah-langkah Mengatasi Telat Bayar Shopee PayLater: Tips yang Efektif


Bagi yang mampu, menyiapkan takjil bagi orang yang berpuasa karena dalam perjalanan, atau karena keadaan dan melalui masjid atau mushalla yang menyiapkan takjil.

Maka pahala orang yang menyiapkan takjil, adalah pahala puasanya sendiri, ditambah pahala puasa sejumlah makanan takjil yang disiapkan dan dinikmati oleh sejumlah orang, tanpa mengurangi pahala puasa orang yang menerima takjil tersebut.

Baca Juga: Pertama dalam Sejarah Demak Modern: Banjir Kepung Kota Wali! Kiai Hasan Maulana: Alun-Alun Demak Kebanjiran

Rasulullah saw menjelaskan: “Demi jiwaku yang ada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang berpuasa, itu lebih wangi di sisi Allah Ta’ala katimbang wanginya minyak misik (kesturi)” (Riwayat Ahmad). Karena itu Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa – dan menghidupkan malam-malam – Ramadhan, dengan dasar keimanan dan muhasabah, maka akan diampuni dosa-dosanya terdahulu” (Riwayat al-Bukhari).

Dengan demikian orang yang berpuasa Ramadhan, sesungguhnya ia sedang mereparasi hatinya, pada tingkatan tirakat yang sangat berat, yakni menjadi hamba yang berhati baik (qalbun salim).

Hamba-hamba yang berhati sehat, baik dan penuh kedamaian. Inilah yang nantinya akan dipanggil sowan menghadap Allah, di saat harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat (QS. Ash-Shaffat: 84).

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x