Mengurai Kepadatan Arus Mudik dan Balik Lebaran, Begini Pendapat Pakar Transportasi Djoko Setijowarno

- 8 Mei 2022, 11:23 WIB
Ilustrasi Mengurai Kepadatan Arus Mudik dan Balik Lebaran, Begini Pendapat Pakar Transportasi Djoko Setijowarno.
Ilustrasi Mengurai Kepadatan Arus Mudik dan Balik Lebaran, Begini Pendapat Pakar Transportasi Djoko Setijowarno. /Dok MTI Pusat

Untuk mengurai kepadatan saat puncak arus mudik dan balik dapat dilakukan dengan memperpanjang masa libur sekolah dan kuliah, menerapkan sistem bekerja dari rumah (work from home).

Untuk menghindari kursi kosong mudik gratis, diperlukan koordinasi antar pengelola mduik gratis. Pendaftaran mudik gratis cukup satu jaringan (link) namun bisa beda kelola dan waktu pemberangkatan. Pemberangkatan dari terminal sekaligus mengedukasi masyarakat.

"Pembangunan tol secara masif di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo cukup membantu memangkas waktu tempuh para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi cukup signifikan," ujar Djoko.

Akan tetapi, lanjut dia, berbagai negara yang lebih maju dari Indonesia dan sama-sama memiliki tradisi mudik, memiliki satu faktor pembeda yaitu transportasi umum yang memadai ke daerah tujuan.

Baca Juga: Merak-Bakauheni, Pemudik Pilih Sebrangi Jawa ke Sumatra di Malam Hari, Ini Penjelasan Djoko Setijowarno

Menurut Djoko, saatnya pemerintah membenahi transportasi umum di tempat tujuan mudik. Pemerintah dinilai perlu menganggarkan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembenahan transportasi umum di daerah-daerah tujuan mudik.Selama ini, salah satu faktor pendorong banyak pemudik pilih menggunakan kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan panjang selama arus mudik saat pulang kampung adalah ketiadaan transportasi umum yang memadai di kampung halaman.

Itu mestinya pemerintah pusat punya dana alokasi khusus (DAK) untuk membenahi transportasi umum di daerah. Kalau itu sudah, kelompok-kelompok kecil ini diangkut pakai bus gratis sekalian. Selain sepeda motor itu, di kampung halaman tidak ada angkutan umum lagi.

Saat ini, baru beberapa kota di Jawa yang transportasi umumnya relatif memadai untuk membantu distribusi para pemudik ke kampung halaman masing-masing. Sebagai contohdi Jawa ada Bus Trans Semarang di Semarang, Bus Batik Solo Trans (Solo Raya), Bus Trans Banyumas (Kab. Banyumas), Bus Semanggi Surabaya di Surabaya, Trans Pakuan di Bogor, Trans Yogya di Yogyakarta, Trans Metro Pasundan (Bandung Raya), Bus Trans Jateng atau KRL Solo-Yogyakarta. Sementara di luar Jawa sudah beroperasi Trans Metro Deli (Medan), Trans Musi Jaya (Palembang), Trans Banjarbakula (Banjarmasin), Trans Metro Dewat (Denpasar) dan Trans Maminatasa (Makassar).

Baca Juga: Ngadem di Bawah Jembatan saat Mudik Lebaran via Tol, Ini Kata Djoko Setijowarno

Namun, masih banyak daerah lain yang tidak memiliki fasilitas seperti ini, semisal di Pulau Sumatera. Kecenderungannya, para pemudik memilih pulang kampung dengan tol. Atau kalau ke Sumatera, menggunakan sepeda motor. Angkutan pedesaan sudah pada mati, itu juga harus dihidupkan kembali, sehingga mereka yang di desa bisa ke kota untuk Lebaran dan sebaliknya.

Halaman:

Editor: Arbian T


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah