PORTALPEKALONGAH.COM - Parameter keberhasilan program angkutan massal bukan diukur dari untung ruginya perusahaan yang sebagai penyelenggara. Pasalnya, pada dasarnya tidak ada perusahaan yang menyelenggarakan angkutan massal yang untung. Sebaliknya subsidi pemerintah harus semakin besar tergantung dari berhasil atau tidaknya program angkutan massal tersebut.
"Parameter mengukur keberhasilan program angkutan umum adalah berpindahnya pengguna kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Oleh sebab itu angkutan umum harus lebih menarik baik dari segi biaya, pelayanan, maupun waktu tempuh," kata pakar transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno.
Menurut Djoko Setijowarno yang juga Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat ini untuk itulah pemerintah harus all out dalam membangun angkutan umum yang menarik, murah, nyaman, serta aksesibilitasnya mudah.
Baca Juga: SIMAK! Ini Cara Membuat Poster Film ala Disney Pixar Pakai AI Bing Images Creator
Angkutan umum massal itu dapat dipastikan biaya akan lebih tinggi dari pendapatan tarifnya, karena targetnya bukan pendapatan melainkan intangible cost berupa peningkatan keselamatan lalu lintas, kemacetan lalu lintas teratasi, berkurangnya penggunaan BBM, menurunnya pencemaran udara, serta menekan angka inflasi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, populasi kendaraan bermotor terus meningkat dengan cepat. Pertumbuhan ekonomi, perkembangan kelas menengah dan perubahan gaya hidup telah mendorong banyak orang untuk memiliki kendaraan pribadi," ujarnya.
Di sisi lain, kata Djoko, ada keterbatasan lahan dan biaya tinggi serta keterbatasan ruang fisik yang terlalu sempit untuk menampung jumlah kendaraan yang meningkat pesat, telah menyebabkan sering terjadi kemacetan lalu lintas.