Gempa Bawean Menjadi Fenomena Kebumian yang Tak Lazim, Berikut Penjelasan Fahrudin, Pakar Geologi Undip

- 25 Maret 2024, 09:45 WIB
Luapan lumpur di Bledug Cangkring Grobogan Jawa Tengah yang meluapkan lumpur sesaat setelah gempa Bawean pada Jumat, 22 Maret 2024.
Luapan lumpur di Bledug Cangkring Grobogan Jawa Tengah yang meluapkan lumpur sesaat setelah gempa Bawean pada Jumat, 22 Maret 2024. /X.com/@infojateng/

Gempa bumi terjadi sekitar 130 km dari Tuban ke arah Timur Laut di Laut Jawa, sebelah barat dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.

"Akan tetapi, dari sisi pergerakan kerak bumi, gempa yang terjadi di utara Pulau Jawa menjadi wajar karena aktivitas geologi di atas. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut oleh para pakar kebumian di Indonesia," tandas Fahrudin.

Baca Juga: GetPlus: Lebih dari Sekadar Aplikasi Penghasil Uang - Solusi Terintegrasi untuk Liburan Hemat

Sesar aktif dengan pola Meratus mempunyai arah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) sesuai dengan arah mata angin. Sesar tersebut merupakan sesar tua, secara umur geologi.

Umur geologi, lanjut dia, mempunyai rentang berbeda dengan umur manusia. Para ahli geologi secara umum memahami sesar pola Meratus terbentuk karena berakhirnya subduksi pada umur Kapur (> 66 Ma).

"Subduksi merupakan penunjaman kerak samudera di bawah kerak benua. Berakhirnya subduksi Kapur tersebut dibuktikan dengan singkapan batuan kompleks mélange di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah dan di Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, dekat dengan Selat Makassar, Sulawesi."

Menurut Fahrudin, di Selat Makassar terdapat proses geologi berupa penipisan kerak bumi terjadi pada umur lebih muda dari subduksi Kapur (yaitu umur Oligosen; 33 Ma).
"Proses tersebut menghasilkan sesar yang sama dengan arah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW). Sesar tersebut memanjang arah selatan sampai ke laut Jawa, di mana gempa Bawean terjadi baru-baru ini," jelasnya.

Baca Juga: Cara Daftar DANA PayLater Hanya dengan Modal KTP: Pinjam Hingga Rp10 Juta dengan Kerjasama Akulaku

Jadi, sesar tua dengan pola Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) merupakan hasil rifting (proses ekstensi kerak benua) saat pembentukan cekungan sedimen yang ada di laut Jawa.

"Sekarang saya menyebut sebagai sesar Bawean (NE-SW), karena istilah “Meratus” dalam penamaan geologi berumur tua (Kapur). Aktifitas sesar Bawean yang menghasilkan gempa bumi dengan magnitude 6.5 dikontrol oleh pergerakan sesar geser tipe tarikan (transtensional-strike-slip fault) pada kedalaman 10 km karena kombinasi gerakan lateral antar kerak dan pembebanan kerak benua."

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Pakar Geologi Undip Dr Eng Fahrudin ST MT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah