Kerusuhan pecah karena begitu pertandingan usai, banyak suporter Arema FC kecewa dan marah lalu masuk ke lapangan untuk mengejar para pemain Arema dan official.
Polisi berusaha mengamankan para suporter yang anarkis. Namun yang terjadi kemudian bentrok antara suporter dan para polisi yang berusaha mengendalikan situasi di tengah lapangan dan tribun penonton.
Karena polisi kalah jumlah, akhirnya situasi kerusuhan kian tak terkendali. Polisi kemudian berusaha mencegah penonton yang anarkis dan ramai-ramai masuk lapangan dengan menembakkan gas air mata.
Namun yang terjadi kerusuhan kian parah, situasi kian memburuk. Dari para saksi penoton yang selamat, penembakan gas air mata oleh aparat membuat penonton panik dan berebut untuk bisa keluar dari stadion untuk menyelamatkan.
Namun sebelum mereka berhasil lolos keluar stadion, terjadi desak-desakkan hingga sebagian pingsan karena menghirup gas air mata, dan terjadi penumpukan penonton hingga banyak yang terinjak-injak dan berjatuhan korban jiwa.***