"Saya memilih kelokan supaya menyulitkan musuh untuk melarikan diri saat kami serang. Selain itu sorot lampunya juga tak bisa seketika menerangi jalur kelokan keseluruhan. Ranjau yang kami pasang meledak tepat di bawah truk dan berhasil menghancurkan truk itu. Regu satu dan dua langsung menembakkan bren. Saya di regu dua berada di tengah merangsek mendekati truk dan menembakinya dengan pistol mitraliur," kata Sanjoto.
Saat itu dia merasa sangat bahagia melihat keberhasilan menghancurkan konvoi pasukan Belanda.
Satu truk berikut belasan penumpang yang terdiri pasukan Gurkha hancur terbalik.
Sebuah panser lapis baja yang mengawalnya pun melarikan diri ditembaki senjata otomatis bren regu 1 dan dua.
Sebuah jeep yang ikut melarikan diri pun menurut Sanjoto harus pasrah terjungkal di parit menerima tembakan dan penumpangnya tewas ditembus peluru pejuang.
Peristiwa itu sangat mengesankan dalam perjalanan perjuangan Sanjoto.
Dia dan pasukannya tak ada satupun yang terluka karena tembakan musuh.
Dapat banyak senjata yang dirampas dari pasukan Gurkha pendukung Belanda.
"Saat kami dekati ternyata banyak Londo Ireng, seperti negro dan sepertinya dari India Tamil. Saya dapat senjata Jungle Rifel dan FN45 yang kemudian saya pergunakan untuk perjuangan selanjutnya," papar Sanjoto.