Dalam perjuangannya yang serba terbatas peralatan, terutama dalam berkomunikasi antarpasukan saat melakukan pengawasan medan tempur, pasukan menggunakan sarana seadanya. Hanya mengandalkan teropong jarak jauh dan batu korek, komunikasi dilakukan dengan kode-kode nyala percikan api.
Untuk menjaga stamina pasukan, kadang hanya berbekal gula jawa dan secuil kelapa.
Dalam tugasnya mengamankan rute gerilya pasukan Jenderal Soedirman, dirinya selalu berada di depan pasukan.
Mencarikan rute aman dari perhatian dan cegatan pasukan Belanda.
Tak jarang pula melakukan rute tipuan untuk mengecoh pasukan Belanda.
Tugas tersebut menurut Sanjoto tidaklah ringan. Mengingat yang diamankan adalah pemimpin perjuangan.
Saat itu banyak rakyat yang membantu, namun juga ada pula yang berkhianat dengan menjadi mata-mata Belanda.
Karenanya bertugas sebagai pengaman rute harus bisa membaca situasi.