Paguyuban Racaksari Semarang, Nguri-Uri Budaya Jawa agar Tidak Hilang Ditelan Zaman

- 3 Juni 2023, 16:55 WIB
Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang
Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang /Ali A/

Dunia Sudah Carut-Marut

Dalam lakon atau cerita wayang kulit "Tumurunnya Wahyu Sang Pamomong", disebutkan bahwa Ki Lurah Semar Bodronoyo merasakan dunia ini suasananya sudah carut-marut tak karu-karuan.

Dilihat dari mata batin Ki Lurah Semar, dunia ini sudah semakin hari semakin panas. Kondisinya semerawut tak karu-karuan, banyak tatanan yang dilanggar oleh para pemimpin dan pembuat kebijakan.

"Politik adu domba, remaja yang tawuran, yang salah dibelain yang benar disingkiri bahkan dimusuhi, antaranak bangsa saling sikut, saling tuduh, saling curiga, saling serang, saling olok, dan yang sangat mengenaskan adalah saling fitnah dan gontok-gontokan mempertahankan pendapatnya sendiri, jauh dari nilai-nilai toleransi. Anehnya, sebagian pemimpin menuding bahwa agama sebagai biang kerok keretakan bangsa, korupsi merajalela, korupsi juga gede-gedean jumlah atau nominalnya, rakyat didzalimi, beli BBM dibatasi harus dengan barcode dan sebagainya dan sebagainya."

Akhirnya Ki Lurah Semar menyuruh putranya, Petruk Kantong Bolong, menghadap Raja Amarta yakni Prabu Yudhistira untuk meminjam Pusaka Jimat Kalimasada dan Tombak Payung Naga sebagai syarat untuk membuat negara aman, nyaman, dan tenteram, para kawula alit atau rakyat kecil gumuyu atau bahagia sejahtera karena tinggal di negeri yang sebenarnya terkenal degan sebutan zamrud katulistiwa dan gemah ripah loh jinawi.

Baca Juga: Sinopsis Lakon Wayang Kulit Tumurune Wahyu Sang Pamomong, Ki Mediyana: Para Pemimpin Harus Pahami Asta Brata

Saat Ki Lurah Semar Bodronoyo di saat termenung di Pendapa Pedukuhan Klampis Ireng karena memikirkan Negara Amarta yang sedang dalam keadaan bahaya, datanglah bertamu Begawan Hanoman dari Pedepokan Kendalisada.

Kedatangan Hanoman ingin menanyakan kepada Ki Lurah Semar Bodronoyo mengapa negaranya, Amarta ini suasananya demikian tidak kondusif.

nguri-uri budaya adhiluhung ringgit purwa atau pegelaran wayang kulit di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca
nguri-uri budaya adhiluhung ringgit purwa atau pegelaran wayang kulit di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x