Paguyuban Racaksari Semarang, Nguri-Uri Budaya Jawa agar Tidak Hilang Ditelan Zaman

- 3 Juni 2023, 16:55 WIB
Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang
Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang /Ali A/

Ki Semar manjawab dengan singkat kepada Begawan Hanoman, bahwa para pemimpin bangsa ini sudah meninggalkan ajaran Hasto Broto (Hasto itu 8, Broto itu laku).

"Mestinya kalau para pemimpin ini mejalankan 8 laku bisa manunggaling Kawulo dengan Gusti. Gusti dengan Kawulo artinya para pamimpin dekat dan menyatu dengan kawula alit (orang kecil) pasti negara mana saja bisa hidup tenteram dan nyaman," ujarnya.

Kepada Raja Amarta Prabu Puntadewa atau Prabu Yudistira, Petruk menyatakan bahwa dia disuruh ayahnya, Ki Lurah Semar Bodronoyo untuk meminjam Sifat Kandel atau piandel atau Pusaka Pandawa Tombak Payung Naga dan Jimat Kalimasada untuk dibawa ke Padukuhan Klampis Ireng sebagai syarat dan sarana memohon Kepada Sang Pencipta agar negara bisa tenteram, damai, dan sejahtera.

Baca Juga: PSIS Semarang Datangkan Paulo Gali Freitas, Pemain Asal Timor Leste

Namun pada saat yang bersamaan, datanglah Raja Kerajaan Malawapati yakni Prabu Baladewa. Dia mengaku disuruh Raja Astina Pura yakni Prabu Duryudana untuk meminjam dua pusaka yang sama.

"Raja Astina yakni Prabu Duryudana ingin meminjam dua piandel atau pusaka kerajaan Amarta untuk dijadikan tumbal karena Negara Astina juga sedang terkena pagebluk (krisis). Banyak warga negara Astina yang sakit dan tak lama kemudian meninggal," jelas Baladewa.

Negara Astina, lanjut Baladewa, bisa pulih jika ada tumbal, yakni Pusaka Kerajaan Amarta.

Tentu saja hal itu membuat Petruk marah. Antara keduanya sempat bersitegang. Petruk dan Baladewa hampir saja adu jotos, namun ditengahi Prabu Puntadewa atau Prabu Yudhistira.

Prabu Yudhistira sekaligus memberikan informasi bahwa Pusaka Amarta yang mereka perebutkan sebenarnya hilang (muksa) dari Gedung Pusaka.

Bahkan, Prabu Yudhistira membuka sayembara, barang siapa bisa mengembalikan dua pusaka kerajaannya, merekalah yang berhak memimjam untuk kepentingan kerajaan peminjam. Akhirnya Petruk pulang dan menyampaikan hal itu kepada ayahnya, Ki Lurah Semar Bodronoyo.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x