"Kalau di setiap kecelakaan truk, sopirnya tewas, maka keluarga yang ditinggalkan akan merana. Kalau di setiap kecelakaan truk, melibatkan kendaraan lain, terlebih lagi ada korban baik luka maupun meninggal, sopir truk akan jadi tersangka dan masuk penjara. Anak dan istri pun akan merana, karena tulang punggung keluarga mereka sedang dipenjara."
Djoko Setijowarno mengkhawatirkan lama kelamaan orang tidak mau bekerja sebagai sopir truk. Padahal sopir truk selama ini adalah salah satu anak rantai ekonomi dari Sabang sampai Merauke.
"Kalau sudah tidak ada lagi yang mau menjadi sopir truk, pengusaha bisa apa? Karena selama ini kebanyakan sopir-sopir truk menjadi tumbal keserakahan mereka," tegasnya.
Djoko Setijowarno juga menyesalkan akan hilangnya rambu larangan truk lewat pada jam tertentu di Jl Prof Dr Hamka, Ngaliyan, Semarang. Bekas beton cor untuk penguat tiang rambu larangan untuk truk itu masih ada, namun oleh oknum yang tidak bertanggungjawab tiangnya sudah dipotong dan disisakan 5 cm.***