Dorong Korban Kekerasan Seksual Berani Lapor, Mbak Ita Siapkan Metode Ini

- 5 November 2023, 19:18 WIB
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. (Dok. Istimewa)
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. (Dok. Istimewa) /

PORTALPEKALONGAN.COM - SEMARANG - Kekerasan seksual yang berhasil terkuat beberapa waktu belakangan di Kota Semarang cukup mengejutkan dan memprihatinkan.

Pasalnya, sejumlah kasus sudah terjadi tidak hanya dalam kurun waktu yang singkat. Namun, sudah terjadi cukup lama.

Hal itu lantaran banyak korban yang merasa takut melaporkan adanya aksi kekerasan seksual yang mereka terima baik karena ancaman dari pelaku maupun alasan takut adanya pandangan negatif dari orang di sekitarnya.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu pun mendorong masyarakat yang menjadi korban kekerasan, maupun pelecehan seksual agar berani melapor.

Baca Juga: Solidaritas Untuk Palestina atas Penjajahan dan Genosida Israel, PRMN Tegaskan Sikap Ini

Mbak Ita sapaan akrabnya bahkan meminta masyarakat untuk bisa memanfaatkan pelayanan publik untuk mengadu ketika mengalami kekerasan seksual, atau sejenisnya.

Ia menjelaskan, pihaknya telah bekerja sama dengan Polrestabes Semarang membuat pelayanan digital yang disebut Kentongan Digital.

Adapun fitur ini berada di dalam aplikasi Libas yang merupakan inisiasi dari Polrestabes Semarang.

Inovasi ini disediakan untuk warga Kota Semarang yang membutuhkan pelayanan kepolisian. Di dalam aplikasi itu juga, masyarakat bisa meminta pertolongan darurat.

“Kami sudah melakukan kerja sama dengan Libas Polrestabes Semarang melaui aplikasi Kentongan Digital. Apabila orang tua atau anak mengalami kekerasan seksual, lewat aplikasi itu bisa menyalakan alarm ke kepolisian,” ujarnya saat ditemui Minggu (5/10/2023).

Baca Juga: Resmi Diakui Pemerintah, Lulusan Pesantren Kini Menyandang Gelar Akademik Ini

Lebih lanjut, menurut informasi yang ia terima, peristiwa kekerasan seksual sering dilakukan oleh orang-orang terdekat korban. Seperti yang baru diungkap kepolisian menimpa bocah 7 tahun warga Gayamsari.

Bocah tersebut meninggal dunia dengan luka kekerasan seksual yang dilakukan oleh pamannya. Oleh karena itu, ia meminta kepada pihak terkait untuk intens melakukan sosialiasi agar masyarakat bisa melakukan perlawanan dan pencegahan dini sehingga tidak berdampak fatal.

“Kita tidak bosan berhenti melakukan sosialisasi karena ini marak karena dipicu contoh gadget. Dan kalau bicara kekerasan seksual, pelaku banyak dari sekitar lingkungan korban,” paparnya.

Upaya-upaya lain juga sudah dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiwa kekerasan seksual termasuk bullying di lingkungan pendidikan.

Dirinya pun meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang dan Pondok Pesantren (Ponpes) gencar melakukan sosialisasi serta edukasi terkait kekerasan seksual dan lainnya.

“Kalau di rumah kekerasan seksual, di sekolah ada bullying, ini tidak bisa dipisahkan. Saya sudah bicara Disdik membuat porgram dari RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental) melakukan edukasi dan sosilaisasi. Tidak hanya Disdik tapi DP3A (Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak) juga. Ini semua untuk kebaikan dan masa depan anak serta perempua,” lanjutnya.

Baca Juga: Banyak Hoax Soal Aktivitas Terkini Gunung Slamet, PVMBG Himbau Ini

Sebelumnya, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan, Aplikasi Libas termonitor langsung di Command Center Mapolrestabes Semarang secara 24 jam.

Masyarakat yang sudah mendownload aplikasi Libas berarti sudah membantu kepolisian dalam mendapatkan informasi terkait kejadian di Kota Semarang. Selain itu, dalam Command Center juga bisa memantau wilayah lainnya karena terintegrasi belasan ribu CCTV di Kota Semarang.

“Command Center juga tersambung dengan 11 ribu CCTV Kota Semarang. Sudah kita claster terpantau melalui CCTV. Setiap RT terwakili satu mengintregasikan kentongan digital,” pungkasnya.***

Editor: Ali A

Sumber: Humas Pemkot Semarang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah