Perdana Menteri Inggris Berjanji Terus Pasok Senjata ke Ukraina, Serukan Internasional Mengisolasi Rusia

- 27 Februari 2022, 05:41 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (kiri) berpidato menyatakan dukungan Inggris untuk Ukraina dengan terus memasok senjata, dan menyerukan komunitas internasional untuk mengisolasi Rusia dengan sanksi ekonomi.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (kiri) berpidato menyatakan dukungan Inggris untuk Ukraina dengan terus memasok senjata, dan menyerukan komunitas internasional untuk mengisolasi Rusia dengan sanksi ekonomi. /Kolase video dan foto/Dailymail.co.uk


PORTAL PEKALONGAN - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan dukungan untuk Ukraina dan mengatakan Inggris akan terus mengirim pasokan senjata ke Ukraina untuk melawan pasukan Rusia. Sejauh ini Inggris sudah memasok 2.000 peluncur rudal antitank ke Ukraina.

Selain itu, Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan Kementerian Pertahanan Inggris sedang menyusun rencana untuk mendukung gerakan perlawanan pemerintah Ukraina di pengasingan jika Ukraina akhirnya dikuasai Rusia.

Pada Sabtu 26 Februari 2022 malam, Boris Johnson menghubungi Presiden Ukraina Zelensky melalui sambungan telepon, mengungkapkan kekagumannya kepada Presiden Ukrania Zelensky dan rakyatnya atas keberanian mereka melawan pasukan Rusia yang berusaha menguasai ibu kota Kyiv.

Baca Juga: Sejumlah Pesawat dan Helikopter Rusia Ditembak Jatuh, Presiden Ukraina Serukan Rakyatnya untuk Melawan

Boris Johnson menggambarkan perlawanan warga Ukraina sebagai aksi kepahlawanan saat mereka menghadapi pasukan Rusia yang datang dengan ambisi untuk menjajah.

Johnson juga meluangkan waktu untuk menyatakan kembali dukungan Inggris dan menyerukan kepada komunitas internasional perlu berbuat lebih banyak untuk mengisolasi Rusia.

Dilansir Portalpekalongan.com dari Dailymail.co.uk, Minggu 27 Februari 2022, sebuah pernyataan mengatakan: "Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara dengan Presiden Ukraina Zelensky malam ini (Sabtu 26 Februari 2022).

Baca Juga: Putin Menuai Kritik Keras: Invansi ke Ukraina Demi Keuntungan Pribadi dan Pengkhianat Rusia

Boris Johnson memberi penghormatan kepada kepahlawanan dan keberanian luar biasa dari Presiden Zelensky dan rakyat Ukraina.

"Para pemimpin sepakat bahwa Presiden Putin menghadapi perlawanan Ukraina yang lebih besar dari yang dia perkirakan," kata Johnson.

Pada kesempatan itu, Boris Johnson juga menyatakan memperbarui dukungan Inggris untuk Ukraina dan kemajuan menggalang mitra internasional untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas kampanye penghancuran mereka.

Disampaikan, para pemimpin sepakat tentang perlunya komunitas internasional untuk mengisolasi Rusia sepenuhnya secara diplomatis dan finansial. Mereka menyambut baik peningkatan kesediaan untuk mengambil tindakan untuk mengeluarkan Rusia dari SWIFT.

Baca Juga: Invansi Rusia ke Ukraina, Serangan Hari Pertama Disebut Terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II  

Inggris telah berjanji terus memasok senjata ke pasukan militer Ukraina untuk melawan pasukan Rusia dalam misi invansi mereka.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada Johnson dan Inggris atas dukungannya.

Perdana Menteri Boris Johnson dan Presiden Zelenskyy juga menyatakan keprihatinan bersama mereka tentang peran yang dimainkan Belarusia sebagai saluran bagi kekerasan Presiden Putin di Ukraina.

Boris Johnson mengatakan Putin berada di misi revanchist untuk membatalkan tatanan pasca-Perang Dingin setelah Perang Dunia II. Johnson mengatakan Presiden Rusia itu sedang mencoba memutar kembali waktu ke masa Uni Soviet.

Baca Juga: Krisis Ukraina Kian Memanas! AS Siap Hadapi Rusia lewat Diplomasi atau Perang

Pemimpin Rusia itu telah mengatakan berkali-kali bahwa dia menderita kesengsaraan yang sama seperti rekan-rekannya ketika kekaisaran Soviet runtuh. kebutuhan ketika dia kembali ke tanah airnya.

Putin juga telah mengklaim bahwa akhir dari Uni Soviet adalah 'bencana geopolitik terbesar abad ke-20, meskipun Rusia hidup melalui dua perang dunia.

Putin menyebut ekspansi NATO 'mengancam' dan mengklaim bahwa prospek bergabungnya Ukraina dengan badan tersebut merupakan ancaman eksistensial bagi Rusia.

Sejak 1997, Estonia, Latvia, Lituania, Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Hongaria, Rumania, Slovenia, Kroasia, Montenegro, Makedonia Utara, Albania, dan Bulgaria semuanya telah bergabung dengan NATO. Bagi Putin dan para pendukungnya, ini adalah bukti Barat semakin dekat dengan Rusia.

Baca Juga: Jurnalis Rusia Akan Bongkar Mengenai Penindasan Media di Negaranya ke Dunia Internasional

Boris Johnson mengatakan kepada para pemimpin NATO dalam pertemuan virtual pada Jumat 25 Februari 2022 bahwa Inggris juga akan memberlakukan pembatasan yang diumumkan oleh Uni Eropa untuk menargetkan pemimpin Rusia.

Johnson memperingatkan bahwa ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak berhenti di sini, tetapi menjadi krisis Euro-Atlantik dengan konsekuensi global.

Johnson juga mendesak tindakan segera atas pelarangan Rusia dari sistem pembayaran SWIFT untuk menimbulkan rasa sakit maksimum di Kremlin sebaai sanksi ekonomi.

Baca Juga: Taliban Hopping dengan China Minta Bangun Kembali Afghanistan, Tidak Seperti Rusia dan Amerika Serikat

Langkah untuk memberikan sanksi kepada Presiden Putin dan Lavrov dilakukan setelah Uni Eropa mengumumkan sedang mempertimbangkan langkah serupa terhadap kedua orang itu saat menetapkan putaran tindakan terbaru bersama dengan AS dan Inggris.***

Editor: Arbian T

Sumber: Dailymail.co.uk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah