Network
PORTAL PEKALONGAN - Hampir semua umat Islam sudah hafal dan fasih mengucapkan kalimat tasbih. Bahkan tak jarang yang sangat paham arti dari kalimat pujian kepada Allah Swt tersebut serta mengamalkannya, puluhan atau bahkan ratusan kali setiap harinya.
Namun ada satu cara bertasbih yang membuat orang yang melakukannya menjadi makin dekat dengan Allah Swt, bahkan makin mahabah atau cinta kepada Allah Swt.
Menurut KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha), bertasbih dengan cara seperti itu memang tidak dilakukan oleh umat Islam pada umumnya, tapi dilakukan oleh ulama-ulama tertentu, seperti ulama ahli tasawuf, salah satunya Abu Yazid Albusthami.
Baca Juga: Suzuki Grand Vitara Brezza Hadir dengan Fitur Istimewa, Toyota Raize dan Daihatsu Rocky Auto Mundur!
Gus Baha mengakui, cara berpikir para ulama itu memang berbeda dari cara berpikir orang Islam kebanyakan.
Karena itu, Gus Baha pun menyuruh para santrinya untuk mengikuti cara berpikir para ulama agar hidupnya tenang dan penuh keberkahan.
Dia menceritakan, dirinya pernah dinasihati oleh ayahnya, almarhum KH Nursalim al-Hafizh, bahwa dia disuruh untuk mengikuti cara hidup dan cara berpikir para ulama.
Baca Juga: Kereta Panoramic Dioperasikan Setiap Weekend, Inilah Fasilitas dan Asyiknya buat Perjalanan Rekreasi
Setelah sekitar sepuluh tahun ayahnya meninggal, Gus Baha baru bisa merasakan dan memahami nasihat ayahnya, kenapa dia harus mengikuti pola hidup dan pola pikir para ulama.
Arti Tasbih
Sesuai dengan namanya, kalimat tasbih itu berarti pujin dari hamba untuk mensucikan Allah Swt, bahwa Allah itu suci dari segala hal yang buruk, suci dari niatan yang tidak baik atau merugikan hambanya.
Selain itu, kalimat tasbih juga merupakan pengakuan hamba akan kesucian Allah Swt, dan itu dibuktikan dengan pengakuan bahwa hamba itu lemah, selalu membutuhkan dan selalu bergantung kepada Allah Swt.
Baca Juga: Temui Balap Liar di Exit Tol Setono? Laporkan saja ke Sini
Cara bertasbih yang dilakukan Abu Yazid Albusthami itu seperti itu. Bahkan, lanjut Gus Baha, Abu Yazid Albusthami kalau berwiridan tidak selalu mengucapkan kalimat tasbih: subhanallah, subhanallah, tapi dengan ungkapan makna dari kalimat tasbih tersebut.
"Ya Allah, kalau saya menyembah Engkau, sujud kepada Engkau itu memang wajar karena saya adalah hamba-Mu yang selalu membutuhkan-Mu. Justru yang tidak wajar (melampaui kewajaran) itu Engkau, kenapa Engkau yang tidak membutuhkan saya sama sekali malah banyak memberikan segalanya kepada saya?" tutur Gus Baha, menirukan ungkapan Abu Yazid Albusthami yang dikutip dari Kitab Al Hikam karya Ibnu Atha'illah as-Sakandari.
Gus Baha lalu memberikan ilustrasi bahwa seseorang yang butuh makan itu disuruh apa pun oleh majikannya pasti akan menurut saja karena dia memang butuh makan.
"Disuruh ngepel mau, disuruh nyapu juga mau. Disuruh apa pun juga mau karena dia butuh makan," ucap Gus Baha.
"Jadi, kalau saya menyembah Engkau itu sesuatu yang normal, ya Allah. Yang di atas normal itu justru Engkau, kenapa Engkau yang tidak membutuhkan saya malah selalu memberi saya? Alasannya apa, ya Allah?" tuturnya lagi menirukan Abu Yazid Albusthami.
Bertasbih dengan cara seperti itulah yang akhirnya membuat Abu Yazid Albusthami wusul (terasambungnya perasaan) kepadaa Allah Swt.
Selain itu, dengan bertasbih seperti itu juga akan membuat kita selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang tak henti-hentinya dilimpahkan.
Dengan melakukan zikir, bertasbih dengan cara seperti itu juga akan membuat kita sadar akan posisi kita sebagai hamba sehingga tidak lagi menyombongkan ibadah kita, mengingat kita beribadah itu hanyalah melakukan sesuatu yang normal dan wajar karena kita hamba Allah yang berarti selalu membutuhkan Allah Swt. ***
