Deklarasi Satupena Jateng, Perkuat Profesi dan Kesejahteraan Penulis, Menolak Plagiasi dan Pembajakan Buku

10 April 2022, 11:43 WIB
Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Jawa Tengah menggelar deklarasi dan pengukuhan pengurus periode 2022-2027 di Kedai Kopi Ren’z Semarang, Sabtu, 9 April 2022. /Dok Satupena Jateng


PORTAL PEKALONGAN - Para anggota Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Jawa Tengah menandatangani deklarasi pada kanvas putih di Kedai Kopi Ren’z Semarang, Sabtu, 9 April 2022.

Selain deklarasi, kegiatan yang diikuti puluhan orang itu juga membedah buku berjudul "Ough! Sunan Kuning (1966-2019) " karya Bambang Iss Wirya.

Sebelum deklarasi, dilakukan pengukuhan pengurus Satupena Jateng periode 2022-2027 yang oleh Koordinator Pulau Jawa dan Madura, Dhenok Kristianti mewakili Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA.

Baca Juga: GELAR DEKLARASI: Satupena Jateng Serukan Tolak Plagiasi, Pembajakan, dan Penghapusan Pajak bagi Penulis

Dhenok seusai mengukuhkan pengurus Satupena Jateng mengingatkan kepada para penulis di provinsi ini untuk terus berkarya yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Tentu saja hal itu bukan soal mudah. Tetapi saya percaya dengan kerja keras dan motivasi tinggi, para penulis Jawa Tengah mampu melaksanakan program-program yang telah tersusun,” katanya.

Deklarasi yang dibacakan Ketua Bidang Media Satupena Jateng Addy Susilobudi menegaskan tentang kehadiran pengurus organisasi ini di tingkat provinsi, kabupaten, serta kota.

Di samping itu, Satupena Jateng bertekad menyejahterakan, meningkatkan kapasitas, dan memperkuat profesi penulis di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Baca Juga: Mengenal Satupena, Apa Saja Program Kegiatannya? Masih Terbuka untuk Bergabung Lho

“Satupena Jateng juga menolak segala bentuk plagiasi dan pembajakan buku. Bahkan secara khusus meminta pemerintah agar membebaskan pajak buku dan pengarang,” tandas Addy.

Aktivitas dan Kreativitas

Ketua Umum Satupena Jateng Gunoto Saparie mengatakan, Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena didirikan untuk wadah aktivitas dan kreativitas para penulis.

Satupena didirikan di Surakarta tahun 2017, dipimpin oleh Nasir Tamar. Tahun 2021 tampuk kepemimpinan Satupena beralih ke tangan Denny JA dan sejak Februari lalu dibentuk Satupena wilayah di 34 provinsi se-Indonesia, termasuk Jawa Tengah.

Pengurus Harian Satupena Jawa Tengah telah mendaptkan surat keputusan dari Satupena Pusat di Jakarta, tanggal 1 April 2022, yang ditandatangani Ketua Umum Denny JA dan Sekretaris Umum Satrio Arismunandar.

Baca Juga: Pengurus Lengkap Satupena Jateng Telah Ditetapkan, Selain Seksi-Seksi Ada Korwil dan Korda

Kegiatan Deklarasi Satupena Jawa Tengah ini, kata Gunoto, selain untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas kepenulisan berbagai genre di Jawa Tengah, juga diharapkan bisa menjadi wadah silaturahmi dan tukar informasi kalangan penulis Jawa Tengah.

Dalam kegiatan ini kita juga dapat memperkenalkan karya penulis Jawa Tengah untuk kalangan masyarakat di Kota Semarang.

Bambang Iss dalam bukunya yang berjudul "Ough! Sunan Kuning" itu menunjukkan bagaimana resos "Sunan Kuning" di Semarang yang melegenda itu ditutup ketika proses rehabilitasi belum selesai.

Fakta sebagai resos percontohan nasional pun kini tinggal cerita. Buku karya Bambang Iss ini dirampungkan di tengah situasi genting menjelang hari-hari penutupan kompleks lokalisasi pelacuran itu pada 2019.

Baca Juga: Seminar Media SPS, CEO PRMN Agus Sulistriyono: Mediaprenuer dan Contentpreneur Jadi Inovasi Baru Bisnis Media

“Saya bukan membela para pelacur, namun kita sebagai manusia harus empati terhadap mereka,” katanya.

Esthi Susanti Hudiono mengaku, lokalisasi pelacuran yang berada di daerah miskin kota, di mana berurusan dengan urbanisasi, perempuan, dan anak, telah didalami 30 tahun. Sekarang hal itu muncul kembali di kesadaran dengan temuan dan pertanyaan baru.

Menurut Esthi, lokalisasi Sunan Kuning Semarang pernah ia kunjungi dua kali. Pertama urusan pencegahan HIV dan kedua urusan ziarah ke Sunan Kuning yang terkait dengan peristiwa Geger Pacinan.

“Lokalisasi ini mampu bertahan 6 tahun setelah kemensos canangkan penutupan lokalisasi tahun 2013. Surabaya yang tersohor dengan pelacuran hanya bertahan 1 tahun setelah pencanangan penutupan lokalisasi oleh kemensos. Tahun 2014 empat lokalisasi dibubarkan di Surabaya,” ujarnya.

Baca Juga: Temui Bupati Banyuwangi, CEO PRMN Agus Sulistriyono Komit Bantu Majukan UMKM melalui Promosi Gratis

Esthi berpendapat, buku "Ough! Sunan Kuning (1966-2019)" ini menjadi saksi lokalisasi pelacuran Sunan Kuning, di mana jadi salah satu ikon kota Semarang. Aktivitas dan bangunan fisik lenyap namun kisah yang pernah terjadi di sana tercatat. Buku ini bisa digunakan untuk menulis historiografi sejarah lokalisasi Indonesia.

Nasib lokalisasi berumur 1 abad yang dimulai oleh kolonial Belanda. Format modus operandi di bidang kesehatan sama. Lalu ditambah format religi dan pelatihan keterampilan wanita. Menurutku revolusi industri 4.0 juga akan melenyapkannya. Perempuan kini bisa mengakses langsung ke pelanggan atau pelanggan bisa ketemu pelacur melalui pasar virtual.

“Pertanyaannya adalah transformasinya sekarang menjadi seperti apa? Ini yang saya pikir terus,” tukasnya.

Bedah buku merupakan program kedua Satupena Jateng setelah deklarasi. Program selanjutnya, menurut Sekretaris Umum Satupena Jateng Mohammad Agung Ridlo, adalah audiensi dengan Gubernur dan Ketua DPRD Jateng. Ini merupakan program bidang kemitraan yang diusulkan anggota ketika penjaringan usulan program melalui Google form.

Baca Juga: PRMN dan KNPI Jawa Barat Sepakat Tingkatkan Literasi Digital Kaum Muda di Jabar

Selain itu melakukan kerja sama dengan Kedutaan Besar negara sahabat dalam misi pertukaran penulis antarnegara, kerja sama dengan perguruan tinggi, dan instansi pemerintah terkait.

Sedangkan untuk program bidang media, demikian Mohammad Agung, adalah lokakarya jurnalistik, membuat laman (website), blog, untuk mewadahi karya para anggota Satupena Jateng. 

Ada juga peningkatan kapasitas penulis (podcast/zoom meeting), menerbitkan tabloid cetak atau daring, dan mengadakan rubrik "Ruang Satupena" di media cetak atau daring.

Agung menambahkan, untuk program bidang nonfiksi, antara lain pelatihan penulisan karya ilmiah populer, lomba penulisan artikel budaya, lomba tulis tentang KB, lokakarya penulisan sensitif gender, lomba penulisan esai tentang Satupena dan Gerakan Literasi Sekolah, pembuatan prasasti puitis di tempat-tempat penting sebagai media edukasi, lokakarya dan lomba penulisan bidang budaya/sejarah melibatkan komunitas budaya lokal, webinar maupun seminar serta dan tampilan karya-karya nonfiksi Satupena Jateng, belajar seni membaca relief Candi Borobudur, danlomba menulis artikel tentang Pilpres 2024.

Baca Juga: Temui Wali Kota Gibran, Agus Sulistriyono Perkenalkan Prinsip Ekonomi Kolaboratif PRMN dan Promedia

“Untuk program bidang fiksi, antara lain lomba penulisan cerita pendek, penerbitan karya sastra Jawa dan Indonesia, pelatihan penulisan naskah sinetron, menggali dan membukukan cerita legenda daerah , lomba penulisan cerita rakyat (folklor)Jateng, pelatihan penulisan puisi dan cerpen, penerbitan antologi puisi tentang pariwisata Jateng, lomba menulis novel tentang kearifan lokal, dan pergelaran (tampilan) karya-sastra fiksi Satupena Jateng,” katanya.***

Editor: As Sayyidah

Tags

Terkini

Terpopuler