Sejarah Pohon Cemara Identik dengan Hari Raya Natal Ini Ternyata Bukan dari Amerika?

24 Desember 2022, 14:48 WIB
Sejarah Pohon Cemara Identik dengan Hari Raya Natal Ini Ternyata Bukan dari Amerika? /


PORTAL PEKALONGAN - Di bulan Desember, orang-orang Kristiani berbondong-bondong menuju supermarket untuk membeli beberapa hiasan Natal, hadiah, dan pohon Natal.

Sampai di rumah, mereka tentu saja akan mendekor pohon Natal mereka dengan hiasan warna-warni bersama keluarga.

Lalu, apakah Anda pernah bertanya-tanya tentang sejarah pohon Natal?

Baca Juga: Pemerintah Menetapkan Larangan Penggunaan Petasan, Perayaan Malam Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Tradisi pertama pohon Natal dahulu tidak memiliki keterkaitan dengan suatu agama.

Orang-orang kuno dahulu memuja pohon cemara yang tetap hijau sepanjang musim dingin.

Lalu mereka menggantungkan dahan pinus, cemara, dan pohon cemara di atas pintu dan jendela mereka untuk mengusir penyihir, hantu, dan penyakit.

Orang-orang kuno juga menggunakan pohon cemara untuk merayakan the Winter Solstice yang merupakan siang terpendek dan malam terpanjang dalam setahun di Belahan Bumi Utara.

Cabang-cabang pohon cemara yang selalu hijau akan mengingatkan orang dengan tanaman hijau yang akan tumbuh kembali setelah musim dingin.

Baca Juga: Mitsubishi Pajero Mobil Dinas TNI Tertimpa Truk Fuso Muatan Pasir yang Tabrak Separator di Cibubur

Ini merupakan simbol harapan mereka karena musim semi akan datang nanti.

Lalu, ide mendekorasi pohon cemara untuk Natal sebenarnya dimulai dari Jerman. Di mana mereka biasanya menambahkan buah-buahan dan kacang-kacangan ke pohon yang rontok daunnya di luar.

Mengapa orang Jerman juga ingin melambangkan pendekatan seperti yang dilakukan oleh orang-orang kuno?

Pada tahun 1605, di Jerman sebatang pohon cemara dibawa masuk dan dihias dengan mawar kertas, lilin, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Imigran Jerman membawa pohon Natal ke Amerika Serikat saat pindah ke Pennsylvania pada tahun 1830-an.

Baca Juga: Peduli Korban Gempa Cianjur, LPS Serahkan Bantuan Rp2 Miliar

Pada saat itu, mereka masih menggunakan lilin, kacang-kacangan, buah beri, atau apapun yang ada di sekitar rumah (seperti potongan logam dan kertas) untuk mendekor pohon Natalnya.

Namun saat itu, pohon Natal di Amerika dikaitkan dengan tradisi paganisme oleh orang-orang Amerika.

Faktanya di tahun-tahun sebelumnya, gubernur New England Puritans, William Bradford menghukum siapa saja yang merayakan tradisi “kafir” (seperti pohon Natal dan dekorasi) menjelang hari raya.

Di tahun 1846, London News menerbitkan ilustrasi Ratu Victoria berdiri mengelilingi pohon Natal bersama keluarganya.

Bagi orang Amerika, apa pun yang dilakukan oleh para bangsawan akan dihormati dan ditiru. Tentu saja karena itu pohon Natal menjadi tenar.

Baca Juga: Cerita di Balik Sinterklas. Ternyata Naik Kuda Bukan Rusa Terbang?

Karena seiring berjalannya waktu, banyak orang akhirnya mencari pohon cemara, menebangnya, lalu menjualnya ke orang-orang dan hal ini menjadi suatu bisnis di hari Raya.

Maka, pohon Natal menjadi hal yang lazim dan sesuatu yang identik dengan tradisi hari raya Natal di Amerika hingga ke seluruh negara.***

Editor: Alvin Arifin

Sumber: christmashq.com

Tags

Terkini

Terpopuler