Lontarkan Klaim Kurang Tepat, Gus Yaqut Disarankan Meminta Maaf, Begini Fakta Sejarahnya

- 26 Oktober 2021, 09:41 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut /Dok Kemenag

Sebelum disepakati, seperti diuraikan Haidar Alwi, pada saat itu Bung Karno dan Bung Hatta memang sempat meminta sejumlah tokoh untuk membahasnya. Satu di antaranya adalah tokoh NU, KH Wahid Hasyim. Mungkin peran beliaulah yang menjadi dasar Menteri Agama Gus Yaqut untuk melontarkan pernyataannya yang kontroversial itu.

Namun penting diketahui, lanjut Haidar Alwi, tokoh NU KH Wahid Hasyim tidak sendiri. Ada juga Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Mohammad Hassan. Ketiga nama terakhir dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa klaim Gus Yaqut yang menyatakan Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah dari negara untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan untuk umat Islam secara keseluruhan adalah kurang tepat.

Dalam paparan berikutnya, Haidar Alwi mengulik sejarah untuk mencari jawaban dari pertanyaan: Benarkah Kementerian Agama merupakan hadiah dari negara untuk NU?

Baca Juga: Yahya Waloni dan Muhammad Kece Ditangkap, Menag Gus Yaqut Ucapkan Selamat  

Dari catatan sejarah, pada hari kedua sidang PPKI yang berlangsung pada 19 Agustus 1945, dibahas tentang pembentukan kementerian/departemen. Utusan Indonesia Timur, Johannes Latuharhary dengan tegas juga menolak pembentukan Kementerian Agama yang pertama kali diusulkan oleh Muhammad Yamin.

Usulan pembentukan Kementerian Agama kembali muncul pada Sidang Pleno KNIP pada 25-27 November 1945 yang dipimpin Sutan Syahrir. Usulan yang disampaikan utusan Banyumas itu lantas mendapatkan persetujuan secara aklamasi termasuk restu dari Bung Karno.

Pembentukan Kementerian Agama lalu diumumkan melalui siaran RRI dan Haji Muhammad Rasjidi diangkat menjadi Menteri Agama pertama. Beliau bukanlah tokoh NU, melainkan seorang ulama yang berlatar pendidikan Islam modern dan di kemudian hari dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah.

Memang, pembentukan Kementerian Agama pada waktu itu dipandang sebagai kompensasi. Namun, bukan kompensasi khusus untuk NU, melainkan kompensasi atas sikap toleransi yang ditunjukkan wakil-wakil Islam secara keseluruhan yang menerima pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang menjadi cikal-bakal sila pertama Pancasila. Pada akhirnya, Kementerian Agama adalah untuk semua agama.

Baca Juga: Covid-19 Naik Tajam, Menag Gus Yaqut Minta Pegawai Kemenag Taat Prokes 5M dan Jadi Teladan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa klaim Gus Yaqut bahwa Kementerian Agama merupakan hadiah dari negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara keseluruhan adalah kurang tepat.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Haidar Alwi Institute (HAI)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah