Tanggapi Keluhan Pengemudi Truk, Djoko Setijowarno: Risiko Berat, Kesejahteraan Tidak Setara

- 22 Februari 2022, 11:06 WIB
Ilustasi truk over dimension over load (ODOL) pengangkut semen.
Ilustasi truk over dimension over load (ODOL) pengangkut semen. /Dok Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)

PORTAL PEKALONGAN - Pengemudi truk menjadi ujung tombak angkutan logistik. Namun kesejahteraan yang didapat tidak setara julukan itu.

Membawa kelebihan muatan tidak diinginkan, karena mereka tahu kalau hal itu berisiko terhadap keselamatannya. Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, dan dalam kondisi hidup pastilah akan dijadikan tersangka.

Menyoroti permasalahan yang banyak dikeluhkan pengemudi truk, pakar transportasi Djoko Setijowarno, yang juga akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, menyampaikan pendapat dan masukan untuk berbagai pihak yang berkepentingan.

Baca Juga: Truk ODOL Jadi Biang Kecelakaan, Djoko Setijowarno: Perlu Tindakan Bersama di Seluruh Indonesia

Djoko Setijowarno mengungkapkan, sesungguhnya akar masalah truk over dimension over load (ODOL) adalah tarif angkut barang semakian rendah, karena pemilik barang tidak mau keuntungan selama ini berkurang (padahal biaya produksi dan lainnya meningkat), pemilik armada truk (pengusaha angkutan barang) juga tidak mau berkurang keuntungannya. Hal yang sama, pengemudi truk tidak mau berkurang pendapatannya.

"Kelebihan muatan (over load) dengan menggunakan kendaraan berdimensi lebih (over dimension) untuk menutupi biaya tidak terduga yang dibebani ke pengemudi truk. Sejumlah uang yang dibawa pengemudi truk untuk menanggung beban selama perjalanan, seperti tarif tol, pungutan liar yang dilakukan petugas berseragam dan tidak seragam, parkir, urusan ban pecah, dan sebagainya. Uang dapat dibawa pulang buat keperluan keluarga tidak setara dengan lama waktu bekerja meninggalkan keluarga," papar Djoko.

Akhirnya, lanjut dia, sekarang profesi pengemudi truk tidak memikat bagi kebanyakan orang, semakin sulit mendapatkan pengemudi truk yang berkualitas. Tekanan terbesar ada pada pengemudi truk karena mereka yang berhadapan langsung dengan kondisi nyata di lapangan.

Baca Juga: Muhammad Ali, Sopir Kecelakaan Maut Truk Tronton di Balikpapan Kini Jadi Tersangka

"Populasi pengemudi truk kian makin berkurang, jika masih ada yang bertahan sebagai pengemudi truk, disebabkan belum punya alternatif pekerjaan yang lain. Ke depan, Indonesia akan banyak kehilangan pengemudi truk yang profesional," ungkap Djoko.

Halaman:

Editor: Arbian T


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah