Djoko Setijowarno: Insentif Kendaraan Listrik Harus Tepat Sasaran

- 27 Desember 2022, 10:49 WIB
Ilustrasi transportasi umum menggunakan bus listrik.
Ilustrasi transportasi umum menggunakan bus listrik. /Dok MTI/

Mulai tahun Juni 2020, sudah 11 kota dibenahi angkutan umumnya oleh Ditjenhubdat dengan Program Teman Bus (10 kota) dan BPTJ dengan Program Bis Kita (1 kota). Ke 11 kota itu adalah Medan (Trans Metro Deli), Palembang (Trans Musi Jaya), Bogor (Trans Pakuan), Bandung (Trans Metro Pasundan), Purwokerto (Trans Banyumas), Surakarta (Batik Solo Trans), Yogyakarta (Trans Jogja), Surabaya (Trans Metro Semanggi), Banjarmasin (Trans Banjarbakula), Makassar (Trans Maminasata) dan Denpasar (Trans Metro Dewata).

Data dari Ditjenhubdat dengan Program Teman Bus yang dioperasikan di 10 kota, per 1 Oktober 2022 sudah mengangkut 35.638.593 penumpang dengan 49 koridor. Rata-rata 62 persen pengguna Program Teman Bus adalah peralihan dari pengguna sepeda motor. Trans Musi Jaya 60 persen, Batik Solo Trans 77 persen, Trans Jogja 56 persen, Trans Metro Dewata 61 persen, Trans Metro Deli 52 persen, Trans Mamminasata 54 persen, Trans Banyumas 66 persen, Trans Metro Pasundan 63 persen, Trans Banjarbakula 67 persen dan Trans Semanggi Surabaya 58 persen.

Mencontoh Kota Agats

Djoko Setijowarno memeberikan contoh warga di Kota Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, sudah menggunakan kendaraan listrik dalam mobilitasnya sejak 2007. Hingga sekarang sudah 4.000 unit kendaraan listrik yang sudah beroperasi.

Baca Juga: Lupa Rakaat dan Sujud Sahwi, Ustadz Abdul Somad: Pakai Kaidah Nahwu

Alasannya, distrik ini kesulitan mendapatkan BBM dan kondisi jaringan jalan yang tidak lebar seperti jalan pada umummnya. Lebar jalannya rata-rata 4 meter dan dibangun di atas rawa. Kawasan-kawasan yang sulit distribusi BBM, insentif motor listrik di kawasan ini bisa menjadi solusi yang baik daripada harus mendistribuskan BBM dengan ongkos mahal.

Lebih baik pemerintah mengalokasikan subsidi kendaraan listrik untuk daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) dan kepulauan. Daerah-daerah yang sulit mendapatkan BBM (bahan bakar minyak), daripada menambah BBM dengan ongkos angkut yang mahal, memberikan insentif untuk mendapatkan kendaraan listrik dirasa lebih menghemat anggaran negara.

Dengan memberikan subsidi pada kendaraan listrik di Daerah 3 T, nantinya bisa berfokus pada perbaikan infrastruktur listrik yang tersedia. Sembari menyuplai bahan bakar untuk pembangkit listrik di daerah tersebut secukupnya. Infrastruktur listrik juga perlu perbaikan, sehingga ekosistem akan terbangun dan ketergantungan BBM bisa dikurangi.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Berikan Dua Bukti Bacaan Al-Quran Sampai Untuk Orang yang Telah Meninggal

Memberikan insentif untuk membenahi transportasi umum di banyak kota, kendaraan listrik daerah 3 T dan kepulauan (seperti Kep. Anambas, Kep. Natuna, Kep. Maluku Utara, Kepulauan Riau) akan lebih bijak dan tepat sasaran. Di perkotaan akan didapat kemacetan berkurang, angka kecelakaan menurun dan polusi udara rendah.

Halaman:

Editor: Arbian T


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah