FGD Literasi, Gunoto Saparie: Sejarah Kota Semarang Sangat Potensial Diangkat ke Karya Sastra 

9 September 2022, 08:47 WIB
Para peserta berfoto bersama narasumber seusai Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Mengangkat Potensi Sejarah dan Literasi Kota Semarang" di Hotel Metro Park View, Semarang, Kamis 8 September 2022. /Dok Satuoena Jawa Tengah

PORTAL PEKALONGAN - Tulisan kreatif adalah karya sastra. Namun, berbeda dari karya ilmiah yang kering dan impersonal, tulisan kreatif melibatkan emosi. Bahasanya meskipun santai, tetapi serius dan komunikatif.

Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Gunoto Saparie dalam Diskusi Kelompok Terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Mengangkat Potensi Sejarah dan Literasi Kota Semarang" di Hotel Metro Park View, Semarang, Kamis 8 September 2022. Diskusi dipandu Siwi Mulyatiningsih dari RRI Semarang.

Baca Juga: Satupena Jateng dan Dinarpus Bersinergi akan Gelar FGD Mengangkat Potensi Sejarah dan Literasi Kota Semarang

Menurut Gunoto, tulisan kreatif, baik berupa puisi, cerita pendek, novel, atau naskah drama, kaya dengan penggunaan diksi-diksi menarik. Sastrawan sangat memperhitungkan kata, terutama dalam penulisan puisi.

"Dalam puisi unsur musik adalah segala-galanya. Karena itu penyair harus pintar memilih kata untuk menciptakan rima dan irama," tuturnya.

Gunoto Saparie menambahkan, kalau dalam penulisan cerita pendek atau novel, pemilihan katanya tidak seketat puisi. Namun, cara membangun perwatakan, plot, latar, dan sebagainya, membutuhkan kemampuan teknis memilih kata.

Baca Juga: Satupena Mengungkap Ketokohan Slamet Rahardjo, sang Pelestari dan Periwayat Cagar Budaya Kota Salatiga 

"Sejarah Kota Semarang sangat potensial untuk ditulis ke dalam karya sastra. Mungkin bisa ditulis bagaimana dulu pantai Semarang sampai Bergota dan Klenteng Sam Po Kong," katanya.

Ketua Bidang Fiksi Satupena Jateng, Bambang Iss Wirya menunjukkan bagaimana penulisan sastra dengan latar belakang sejarah merupakan suatu hal yang "seksi". Karena itu, sejumlah penulis tertarik untuk menulis karya sastra berbasis sejarah.

"Fakta historis di sekitar kita harus menjadi perhatian untuk dijadikan bahan tulisan. Entah itu peninggalan kuno, asal usul tempat atau nama, perigi tua, gedung lama, dan kearifan lokal," kata Bambang.

Selain itu, lanjut dia, penulis perlu membaca artikel tentang sejarah, baik di media mainstream maupun media sosial. Termasuk juga memperhatikan kalender budaya tentang berbagai ritual dan adat istiadat.

Baca Juga: Satupena dan FKUB Jateng Akan Terbitkan Buku 'Moderasi Beragama dalam Puisi'

Sebelumnya, Subkoordinator Pembudayaan Kegemaran Membaca Dinas Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah, Novi Andriyani menyampaikan keprihatinannya ketika Unesco menunjukkan bagaimana kemampuan literasi Indonesia berada pada posisi nomor dua dari bawah dari 62 negara. Padahal kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan dasar untuk belajar sepanjang hayat.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Rahmulyo Adi Wibowo menyambut baik kegiatan diskusi tentang literasi ini. Komisi D selalu mendukung dan memperjuangkan anggaran di APBD Kota Semarang untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan literasi. Sedangkan Seksi Literasi Sejarah Satupena Jateng Johanes Christiono memberikan sejumlah kiat tentang pembuatan vlog sejarah.

Kegiatan FGD ini semula menurut rencana dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Tetapi karena Hendi -- panggilan akrabnya -- ada kegiatan lebih mendesak, akhirnya pembukaan dilakukan oleh Wakil Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Baca Juga: Satupena Jateng Luncurkan Buku tentang Cagar Budaya Kota Salatiga dalam Ketokohan Sejarawan Slamet Rahardjo

Sedangkan laporan penyelenggaraan disampaikan Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, Endang Sarwiningsih Setyawulan. Endang berharap ada buku antologi puisi tentang sejarah Semarang sebagai keluaran dari kegiatan FGD ini.***

Editor: Arbian T

Tags

Terkini

Terpopuler