PORTAL PEKALONGAN - Tulisan kreatif adalah karya sastra. Namun, berbeda dari karya ilmiah yang kering dan impersonal, tulisan kreatif melibatkan emosi. Bahasanya meskipun santai, tetapi serius dan komunikatif.
Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Gunoto Saparie dalam Diskusi Kelompok Terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Mengangkat Potensi Sejarah dan Literasi Kota Semarang" di Hotel Metro Park View, Semarang, Kamis 8 September 2022. Diskusi dipandu Siwi Mulyatiningsih dari RRI Semarang.
Menurut Gunoto, tulisan kreatif, baik berupa puisi, cerita pendek, novel, atau naskah drama, kaya dengan penggunaan diksi-diksi menarik. Sastrawan sangat memperhitungkan kata, terutama dalam penulisan puisi.
"Dalam puisi unsur musik adalah segala-galanya. Karena itu penyair harus pintar memilih kata untuk menciptakan rima dan irama," tuturnya.
Gunoto Saparie menambahkan, kalau dalam penulisan cerita pendek atau novel, pemilihan katanya tidak seketat puisi. Namun, cara membangun perwatakan, plot, latar, dan sebagainya, membutuhkan kemampuan teknis memilih kata.
"Sejarah Kota Semarang sangat potensial untuk ditulis ke dalam karya sastra. Mungkin bisa ditulis bagaimana dulu pantai Semarang sampai Bergota dan Klenteng Sam Po Kong," katanya.
Ketua Bidang Fiksi Satupena Jateng, Bambang Iss Wirya menunjukkan bagaimana penulisan sastra dengan latar belakang sejarah merupakan suatu hal yang "seksi". Karena itu, sejumlah penulis tertarik untuk menulis karya sastra berbasis sejarah.