Kiat Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah, Nur Khoirin: Cinta adalah Hidayah

24 Januari 2022, 14:05 WIB
Ketua Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jawa Tengah, Dr H Nur Khoirin YD MAg /Dok BP4

PORTAL PEKALONGAN - Ketua Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jawa Tengah, Dr H Nur Khoirin YD MAg menyampaikan pandangannya tentang kiat membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah agar rumah tangga lestari sepanjang hidup.

Menurut dia, tujuan berkeluarga adalah sebagaimana ayat Al Qur’an yang sering dibaca dalam khutbah akad nikah atau ucapan-ucapan selamat: litaskunu ilaiha waja’ala bainakum mawaddatan warahmah. (QS. Ar Rum : 21).

"Tujuan berkeluarga adalah untuk mendapatkan sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang) yang lestari sepanjang hidup. Sakinah yang berarti ketenangan, ketenteraman, aman atau damai. Lawan kata ketenteraman adalah keresahan, khawatir, prasangka buruk (suudhdhan) atau kehancuran," katanya.

Baca Juga: Nur Khoirin: Gerakan Stop Mubazir sesuai Etika Konsumsi dalam Islam

Diharapkan, lanjut dia, keluarga yang baru dibina tersebut akan mendapatkan ketenangan dan terhindar dari kegelisahan. Ketenangan dalam rumah tangga tidak terwujud dengan sendirinya. Tetapi harus disertai ikhtiar yang kuat dan harus dipersiapkan sejak dini.

"Harus dibangun komitmen berkeluarga sebagai ibadah, dipupuk rasa saling percaya, saling berkomunikasi, saling jujur, selalu membuat keputusan bersama, dan saling beribadah dan berdoa," ujar dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu.

Menurut dia, sakinah ini muncul setelah kebutuhan manusiawi terpenuhi. Kebutuhan melakukan hubungan seksual tersalurkan dengan benar, pikiran tenang, nyaman.

"Ada orang yang menyalurkan dengan 'jajan', tetapi pasti tetap gelisah dan resah, karena tidak aman, dan takut konangan," imbuh Nur Khoirin.

Baca Juga: Menyoroti UU KDRT, Ketua BP4 Jateng Nur Khoirin: Menyatukan Suami-Istri atau Memisahkan?

Adapun mawaddah, lanjut dia, berari perasaan kasih sayang dan cinta yang membara, perasaan cinta yang menggebu pada pasangannya.

"Perkawinan harus dibangun di atas pondasi cinta yang kuat dan seimbang. Tidak boleh ada kawin paksa. Tidak boleh yang satu cintanya sangat kuat, tetapi yang satunya sangat tipis dan lemah. Akan terjadi hubungan yang tidak seimbang, yang satu selalu memberi syarat, dan lawannya selalu memenuhi syarat. Cinta harus tanpa syarat," ungkap Nur Khoirin.

Lebih dari itu, menurut Nur Khoirin cinta adalah hidayah. Terjadi melalui proses yang rasional, dan berakhir sebagai takdir.

"Dalam Islam, mawaddah ini adalah fitrah manusia. Dihiasi manusia dengan cinta, mencitai lawan jenis. Adalah normal laki-laki mencitai yang cantik, dan perempuan menyukai yang ganteng. Sebaliknya justru tidak normal," ungkapnya.

Baca Juga: Menyongsong Hari Ibu, Dr Nur Khoirin: Waspadai Bangkitnya Kembali Malin Kundang

Menurutnya, mawaddah ini bisa muncul dari hal-hal yang bersifat duniawi. Misalnya dari ketampanan atau kecantikan, kekayaan, kedudukan, berhias dan perhiasan, dan lain-lain.

"Dalam Islam disebutkan kriteria, nikahi karena cantiknya, nasabnya, hartanya, dan agamanya. Untuk menguatkan mawaddah, maka diajurkan ada kafaah (sepadan) di antara keduanya, dalam kecantikan, kedudukan, kekayaan, tingkat pendidikan, pengalaman atau pergaulan sosial, usia, dan yang terpenting adalah seagama," jelasnya.

Adapun kata rahmah, lanjut Nur Khoirin, artinya ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia atau sesuatu yang datang dari Allah Swt.

"Rahmah merupakan sebuah proses dalam rumah tangga, sebab ini akan memunculkan rasa saling membutuhkan, menutupi kekurangan, saling memahami, dan pengertian. Rahmah atau karunia dan rezeki dalam keluarga ada karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina rumah tangga," ujar Nur Khoirin.

Baca Juga: Jadi Ajang Silaturahmi, BP4 Jateng Gelar Raker dan Jalan Santai Bersama Keluarga

Saat pasangan suami-istri melewatinya dengan kesabaran dan cinta, maka karunia itu akan diberikan oleh Allah Swt sebagai bentuk cinta tertinggi dalam keluarga.

"Rahmah atau kasih sayang merupakan buah dari proses sakinah dan mawaddah. Pasangan yang sudah tua, di atas 60 tahun, meskipun sudah tidak gagah dan cantik lagi, tidak ada seks lagi, tetapi masih tetap rukun, mesra, dan harmonis, karena selalu diliputi rahmah," ungkapnya.

Untuk membangun keluarga sakinah, lanjut Nur Khoirin, ada beberapa kiat yang harus dicamkan dan diikhtiarkan secara maksimal oleh pasangan suami-istri.
Pertama, jadikan rumah tangga sebagai sarana ibadah, ladang pahala. Suami melindungi istri, istri berbakti, mendidik anak-anak, anak-anak agar birrul walidain.

Baca Juga: BP4 sebagai Bengkel Keluarga, Harus Hadir di Setiap Kecamatan hingga Desa dan Kelurahan

Kedua, jadikan ajaran agama sebagai tata tertib berkeluarga, menjadi ukuran baik buruk. Suami pantas marah kepada istrinya jika tidak shalat atau melanggar agama. Maka suami jangan bertengkar hanya karena sayur kurang garam atau kopi kurang manis misalnya.

Ketiga, hiasi rumah dengan bacaan Al Qur’an dan shalat jamaah. Boleh ada hiasan wayang, pemandangan, atau artis idola, tetapi pasang juga kaligrafi Al Qur’an atau hadits agar menjadi pengingat.

Keempat, salinglah menasihati dengan cara yang hikmah. Meja makan bisa menjadi sarana ketemu dan komunikasi, saling evaluasi dan mengisi, curhat dan mencari solusi.

Kelima, bermusyawarah dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Suami jangan absolut meskipun yang bekerja mencari nafkah. Jadi istri juga jangan menyepelekan, meskipun suami tidak berpenghasilan.

Baca Juga: Nikah Siri Bisa Dibuatkan Kartu Keluarga, Ketua BP4: Pertimbangkan Dampak Buruknya

Keenam, jangan ada rahasia di antara suami-istri, harus saling terbuka, saling bercerita, dan saling percaya.

Ketujuh, saling pengertian dan masing-masing ambil peran. Pekerjaan rumah tangga rutin sangat banyak, tidak usah diperintah, tidak perlu ada job description seperti di kantor atau di hotel.

Kedepalan, selalu belajar meningkatkan pengetahuan, membaca buku-buku dan pengalaman, agar bertambah hari wawasan semakin luas dan hidup semakin berkualitas.

Kesembilan, salinglah minta maaf. Tidak ada manusia yang sempurna. Hadits Nabi saw mengatakan, kullu bani adama khaththaaun, wa khairu khaththain at tawwabuun. Semua manusia bersalah, tetapi sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera meminta maaf dan bertaubat.

Baca Juga: 8 Doa yang Diyakini Bisa Mendapatkan Pahala Luar Biasa

"Keluarga sakinah ini tidak bisa wujud dengan sendirinya. Tetapi diperlukan perencanaan dan sekaligus diikhtiarkan secara maksimal. Seluruh anggota keluarga harus ambil peran, sehingga saling melengkapi dan menopang," beber Nur Khoirin.***

Editor: Ali A

Tags

Terkini

Terpopuler