Prof Ahmad Rofiq: Nasihat Al-Bashri pada Umar bin Abdul Aziz

- 4 Desember 2021, 20:03 WIB
Prof Ahmad Rofiq: Nasihat Al-Bashri pada Umar bin Abdul Aziz
Prof Ahmad Rofiq: Nasihat Al-Bashri pada Umar bin Abdul Aziz /

PORTAL PEKALONGAN - Oleh Ahmad Rofiq[1] Ketika Allah menegaskan kepada para Malaikat, bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi ini, para Malaikat pun protes, “mengapa Engkau jadikan orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah (sebagai khalifah), sementara kami selalu bertasbih dan mensucikan-Mu?” Allah menjawab: “Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah (2): 30).

Tugas khalifah, intinya, untuk memberi keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan" (QS. Shaad, 26).

Baca Juga: Era LK/GB Kemenag, Prof Ahmad Rofiq: Spirit dan Amunisi Baru Wujudkan Kualitas PTKI

Amanat sebagai khalifah tampaknya memang tidak ringan, karena itu, ada penekanan larangan secara khusus agar jangan mengikuti jawa nafsu, karena dapat dipastikan akan sesat dari jalan Allah.

Dalam konteks dunia politik, manusia sebagai makhluk politik (zoon politicon), dalam pandangan seorang sufi besar, Syeikh Hasan al-Bashry, merasa penting untuk memberi nasihat kepada Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, yang pada awalnya sempat menolak jabatan khalifah.

Dalam beberapa Riwayat, ‘Umar bin Abdul Aziz sering menangis, karena dibayangi ketakutan akan pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Al-Bashry menasihati Umar bin Abdul Aziz melalui:

“Wahai Amir al-Mu’minin, sesungguhnya dunia adalah rumah singgah dan pindah bukan rumah tinggal selamanya. Nabi Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah. Orang yang berhasrat kepada dunia, pasti akan meninggalkannya. Orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin (di akhirat). Penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Orang yang berakal dan cerdik mencermati dan melihatnya, dunia menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, dan berambisi kepadanya. Padahal, demi Allah, itulah letak kebinasaannya.

Baca Juga: Prof Ahmad Rofiq: MTQN V Korpri Siapkan Generasi Qur'ani

Wahai Amirul Mu’minin, jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang.

Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya. Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia.

Halaman:

Editor: Oriza Shavira A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah