Network
Kematian merupakan nasihat yang tidak berbunyi, tidak bersuara dan paling nyata. Manusia yang menggunakan akal sehatnya dapat mencerna makna kematian yang terjadi di sekitarnya.
Kematian seorang suami adalah nasihat bagi istrinya, kematian anak adalah nasihat bagi kedua orang tuanya, pun begitu pula dengan kematian pemimpin, adalah nasihat untuk rakyatnya.
Bahwa, kapan pun masanya, kematian itu akan menghampiri. Setinggi apapun jabatannya, dia akan jatuh terjerembab ke dalam tanah di alam kubur, sendiri berteman sepi, gelap bersahabat hampa. Tiada kawan tiada pula kehangatan keluarga. Kematian adalah pesan yang nyata dan tamparan keras untuk dunia yang hina.
Jika kematian itu datang, barulah manusia itu mengingat Allah Swt, yang telah lama ia lupakan perintah-Nya. Namun, saat mati itu tiba, bukanlah saat yang tepat untuk bertobat.
Selagi masih hidup, nafas masih berhembus, mata melihat dan telinga mendengar, selama itu pula kesempatan untuk bertobat terbuka.
Baca Juga: Antara Doa dan Takdir, Ustadz Abdul Somad: Semua Kuasa Allah
Apabila matahari masih terlihat di esok hari, jangan tunggu ia terbenam untuk beramal sholeh, karena tidak ada jaminan untuk bertahan selama mungkin. Anggap saja detik ini adalah yang terakhir di dunia, maka jadikan ia sebagai detik terbaik dengan mempersembahkan amal terbaik kepada Allah Swt.***
