Deklarasi Satupena Jateng, Perkuat Profesi dan Kesejahteraan Penulis, Menolak Plagiasi dan Pembajakan Buku

- 10 April 2022, 11:43 WIB
Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Jawa Tengah menggelar deklarasi dan pengukuhan pengurus periode 2022-2027 di Kedai Kopi Ren’z Semarang, Sabtu, 9 April 2022.
Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Jawa Tengah menggelar deklarasi dan pengukuhan pengurus periode 2022-2027 di Kedai Kopi Ren’z Semarang, Sabtu, 9 April 2022. /Dok Satupena Jateng

“Saya bukan membela para pelacur, namun kita sebagai manusia harus empati terhadap mereka,” katanya.

Esthi Susanti Hudiono mengaku, lokalisasi pelacuran yang berada di daerah miskin kota, di mana berurusan dengan urbanisasi, perempuan, dan anak, telah didalami 30 tahun. Sekarang hal itu muncul kembali di kesadaran dengan temuan dan pertanyaan baru.

Menurut Esthi, lokalisasi Sunan Kuning Semarang pernah ia kunjungi dua kali. Pertama urusan pencegahan HIV dan kedua urusan ziarah ke Sunan Kuning yang terkait dengan peristiwa Geger Pacinan.

“Lokalisasi ini mampu bertahan 6 tahun setelah kemensos canangkan penutupan lokalisasi tahun 2013. Surabaya yang tersohor dengan pelacuran hanya bertahan 1 tahun setelah pencanangan penutupan lokalisasi oleh kemensos. Tahun 2014 empat lokalisasi dibubarkan di Surabaya,” ujarnya.

Baca Juga: Temui Bupati Banyuwangi, CEO PRMN Agus Sulistriyono Komit Bantu Majukan UMKM melalui Promosi Gratis

Esthi berpendapat, buku "Ough! Sunan Kuning (1966-2019)" ini menjadi saksi lokalisasi pelacuran Sunan Kuning, di mana jadi salah satu ikon kota Semarang. Aktivitas dan bangunan fisik lenyap namun kisah yang pernah terjadi di sana tercatat. Buku ini bisa digunakan untuk menulis historiografi sejarah lokalisasi Indonesia.

Nasib lokalisasi berumur 1 abad yang dimulai oleh kolonial Belanda. Format modus operandi di bidang kesehatan sama. Lalu ditambah format religi dan pelatihan keterampilan wanita. Menurutku revolusi industri 4.0 juga akan melenyapkannya. Perempuan kini bisa mengakses langsung ke pelanggan atau pelanggan bisa ketemu pelacur melalui pasar virtual.

“Pertanyaannya adalah transformasinya sekarang menjadi seperti apa? Ini yang saya pikir terus,” tukasnya.

Bedah buku merupakan program kedua Satupena Jateng setelah deklarasi. Program selanjutnya, menurut Sekretaris Umum Satupena Jateng Mohammad Agung Ridlo, adalah audiensi dengan Gubernur dan Ketua DPRD Jateng. Ini merupakan program bidang kemitraan yang diusulkan anggota ketika penjaringan usulan program melalui Google form.

Baca Juga: PRMN dan KNPI Jawa Barat Sepakat Tingkatkan Literasi Digital Kaum Muda di Jabar

Halaman:

Editor: As Sayyidah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah