Melalui RRI Yogyakarta dan harian Kedaulatan Rakjat, Sulianti menyampaikan gagasan mengenai pendidikan seks, alat kontrasepsi, dan pengendalian kehamilan serta kelahiran. Ia terdesak untuk memperbaiki korelasi kemiskinan, malnutrisi, buruknya kesehatan ibu dan anak, serta kelahiran yang tidak terkontrol.
Baca Juga: Dokter Mawartih Tewas di Nabire Diduga Korban Kriminalitas, Begini Respons Ketua MPR RI Bamsoet
Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Yogyakarta menggelar seminar setelah kampanye Sulianti memunculkan geger. Seminar ini melibatkan para dokter dan pimpinan keagamaan. Yang mengakibatkan ditolaknya gagasan Sulianti.
Sulianti juga pernah dipromosikan menjadi Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di kantor Kementerian Kesehatan. Ia terus memperjuangkan gagasan tentang KB melalui jalur swasta. Ia mendirikan Yayasan Kesehatan Keluarga (YKK) bersama dengan sejumlah aktivis perempuan. Dengan menginisiasi klinik sawasta yang melayani KB di berbagai kota.
Dia juga mendirikan pos layanan di Lemah Abang, Bekasi untuk menjadikan kehidupan ibu dan anak yang sehat dan bahagia.
Baca Juga: 6 Tips Membiasakan Pola Hidup Sehat, Nomor 4 Masih Sering Diabaikan
Tahun 1960, ia mengambil beasiswa di Tulane Medical School, New Orleans, Louisiana. Dan medapatkan gelar MPH dan PHD, dengan desertasinya mengenai epidemologi bakteri E-Coli.
Setelah mendapat gelar PHD, tidak lama kemudian ia diangkat menjadi Dirjen P4M dan Direktur LRKN yang sekarang menjadi Balitbang Kementerian Kesehatan, dan mendeklarasikan Indonesia bebas cacar. Ia juga diizinkan untuk aktif di WHO.