Sejarah dan Posisi Kultum Shubuh
Kultum Shubuh berdiri bersama dengan berdirinya pondok; bersamaan pula dengan kegiatan-kegiatan lain seperti Panggung Gembira (PG), pramuka kepanduan, sepak bola, Drum Band, dll.
Pondok pada pertama kali berdirinya tidak dengan mendirikan asrama dan kelas-kelas, tapi dengan mengumpulkan anak-anak sekitar yang gemar bermain (dulu bermain petasan) untuk diajarkan banyak hal tentang keislaman.
Ketika itu selama satu bulan, tiga puluh hari penuh kultum dipimpin dan diisi langsung oleh Pak Sahal (Alm KH Ahmad Sahal-red).
Lama-lama karena semakin tua, kemudian bergantian dengan Pak Zar (Alm KH Imam Zarkasyi-red) dan Pak Shoiman (Alm KH Shoiman Luqmanul Hakim-red) serta guru-guru lainnya pada waktu itu.
Semuanya dimulai dari berjiwa besar; bukan hanya mulut besar, kepala besar, ataupun omong besar.
Dulu ada ungkapan, "Kalau mau lihat Gontor, lihatlah bulan Ramadhan (ketika Ramadhan di Gontor)".
Karena itulah, fardhu ‘ain bagi setiap santri Gontor untuk mukim selama Ramadhan.
Bahkan Pak Badri (Alm KH Imam Badri-red) pernah mengatakan, "Syarat menjadi santri Gontor adalah pernah bermukim!"