Retno Sudewi: Kebanyakan Pernikahan Usia Dini Sad Ending, Prof Ahmad Rofiq: Menambah Angka Kemiskinan Baru

- 7 Juni 2023, 19:36 WIB
Ketua PW DMI Jateng Prof Ahmad Rofiq foto bersama para pembicara dan moderator Seminar Antisipasi Pernikahan Usia dini di Ghradika Bhakti Praja Rabu, 7 Juni 2023
Ketua PW DMI Jateng Prof Ahmad Rofiq foto bersama para pembicara dan moderator Seminar Antisipasi Pernikahan Usia dini di Ghradika Bhakti Praja Rabu, 7 Juni 2023 /Ali A/

Menurut Sudewi banyak kasus pernikahan anak usia dini yang ditangani kantornya, berakhir sedih atau sad ending.

Sudewi mencontohkan, dua anak belum dewasa. Sebut saja perempuannya A (15 tahun) dan lelakinya B (18 tahun), belum lama menikah, A sudah harus dibawa ke RS karena KDRT. Akhirnya keduanya berpisah, karena si A trauma.

Baca Juga: HEBOH! War Tiket Indonesia vs Argentina Ludes Kurang dari 10 Menit, Begini Faktanya

"Saat pacaran, keduanya bucinnya minta ampun. Begitu hamil, wanitanya terpaksa putus sekolah, dan keduanya harus menikah. Setelah melahirkan, suami seenaknya sendiri. Segala kebutuhan masih ditanggung orang tua laki-laki dan perempuan. Si suami lebih suka nongkrong bersama teman-temannya. Karena terus-menerus dituntut istri agar lebih perhatian kepada keluarga, suami marah, lalu melakukan KDRT, bahkan tega membakar istrinya setelah terlebih dahulu menyiram dengan bensin."

Sudewi melanjutkan, B atau si suami, akhirnya divonis 5 tahun penjara. Namun istri telanjur trauma. Butuh pendampingan. Dan, ujung-ujungnya tetap bercerai.

Ini ada kisah lain lagi. A (17 tahun), B (18 tahun). Keduanya menikah di usia dini. Si wanita kemudian melahirkan anak pertama, dan setahun kemudian disusul lahir anak kedua.

Baca Juga: Pengelola Baru Stadion Citarum Semarang Siap Benahi Fasilitas agar Lebih Layak Digunakan

Karena suami (B) tidak bekerja dan masih minta uang ayah ibunya, si istri (A) akhirnya bekerja apa saja, serabutan, yang penting bisa dapat uang untuk kebutuhan dapur dan membeli susu dua anaknya.

"B, karena tidak bekerja, maka dia bertugas momong dua anaknya di rumah. Namun karena anaknya rewel terus, nangis terus, mungkin tak tahan dengan kondisi itu, akhirnya B membunuh anaknya dengan cara dibekap dengan bantal sehingga tidak bisa bernafas dan akhirnya meninggal."

Lebih jauh Sudewi menjelaskan bahwa pernikahan anak usia dini itu banyak risikonya. Salah satunya, tingginya angka kematian ibu atau bayinya atau bahkan kedua-duanya.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x