Tiga Bank AS Bangkrut dan Ditutup, Indonesia Disebut Tak Bakal Kena Dampaknya, Ini Sebabnya

14 Maret 2023, 18:36 WIB
Nasabah mengantre di luar kantor cabang Silicon Valley Bank di Wellesley, Massachusetts, AS, Senin13 Maret 2023. /ANTARA/REUTERS/Brian Snyder/



PORTAL PEKALONGAN - Tiga bank Amerika Serikat (AS) bangkrut dan akhirnya ditutup akibat neraca keuangnnya yang memburuk. Namun penutupan dan pengambilalihan tiga bank oleh Pemerintah AS tersebut konon tidak bakal berdampak langsung bagi keuangan Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan oleh analis sekaligus praktisi hukum kepailitan dan restrukturisasi utang dari kantor Frans & Setiawan Law Office, Hendra Setiawan Boen.

Menurutnya, penutupan ketiga bank AS yang bangkrut tersebut tidak akan berdampak banyak bagi sektor keuangan Indonesia, bahkan tidak akan mengulang kembali krisis ekonomi besar tahun 2007-2008.

Baca Juga: Tenaga Honorer Kesehatan dan Pendidikan Siap-Siap Jadi ASN, Ini Penjelasan Men-PAN RB

"Pertama, pemerintah Amerika Serikat telah bergerak cepat mengantisipasi dengan memastikan semua deposan akan dapat mengambil kembali uang mereka. Karena sejak krisis subprime mortgage tahun 2007, pemerintah Amerika Serikat telah mencadangkan uang lebih dari 100 miliar dolar AS sebagai jaring pengaman apabila terjadi peristiwa semacam ini," kata Hendra, di Jakarta, Selasa 14 Maret 2023.

Dalam pandangnya, kejadian itu hanya berdampak besar bagi negara yang memiliki cabang dari ketiga bank tersebut.

Itu pun, lanjutnya, pemerintah negara-negara tersebut pasti akan segera melakukan upaya mitigasi risiko.

Baca Juga: TERFAVORIT! Tembus 4.612 Pendaftar, IAIN Kediri Raih Juara Pertama SPAN-PTKIN 2023 Lingkup IAIN se Indonesia

Inggris misalnya, lolos dari krisis karena bank HSBC bersedia membeli saham Silicon Valley Bank Cabang Inggris dengan harga 1 poundsterling dan menjamin simpanan deposan.

Dampak lainnya, menurut Hendra, akan menimpa perusahaan rintisan yang menerima pendanaan dari ketiga cabang bank tersebut.

Kesulitan Terloklisir

Perusahaan rintisan itu bakal kesulitan, seperti yang terjadi di Republik Rakyat China atau Tiongkok. Namun, sepengetahuan dirinya, ketiga bank yang bangkrut itu tidak memiliki cabang di Indonesia.

Baca Juga: Adakan Sertifikasi Pembimbing Haji Profesional, Pemahaman dan Pengamalan Ritual Haji Ditentukan Pembimbing

"Kalaupun ada perusahaan rintisan Indonesia atau perusahaan kripto yang menyimpan atau menerima dana dari ketiga bank itu maka kesulitan keuangan hanya terlokalisir pada perusahaan-perusahaan tersebut, yang terlalu kecil untuk bisa berdampak sistemik pada keuangan Indonesia," jelas Hendra.

Hendra juga yakin, perbankan Indonesia memiliki kecukupan modal yang tinggi sehingga akan mampu membendung gejolak keuangan dan likuiditas global.

"Yang terpenting, secara fundamental, saat ini Indonesia sudah jauh lebih kuat daripada saat terjadinya krisis moneter 1997 dan krisis subprime mortgage tahun 2007. Perangkat institusional dan aturan-aturan juga sudah lebih rigid yang memungkinkan Indonesia mengarungi krisis keuangan," paparnya.

Baca Juga: Mario Dandy Belum Dikunjungi Keluarga selama Ditahan, Kasusnya Akan Diperkuat Empat Saksi Lagi

Baca Juga: BPPTKG Ungkap Bahaya Susulan Usai Erupsi Gunung Merapi, Ketua MPR RI Bamsoet Imbau Masyarakat Setempat Waspada

Seperti diketahui, tiga bank AS yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat industri uang digital serta pemberi pinjaman utama perusahaan-perusahaan rintisan itu ditutup atau diambil alih oleh Pemerintah AS menyusul neraca keuangannya yang memburuk dan tidak mampu memenuhi penarikan besar-besaran dari para deposan. Bank tersebut adalah Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Signature Bank.

Ambruknya ketiga bank tersebut menimbulkan kekhawatiran risiko merembet ke sektor keuangan dan negara lain sehingga menimbulkan kekacauan stabilitas sistem keuangan global.

Apalagi, keruntuhan Silicon Valley Bank akan berdampak pada perusahaan rintisan, terutama apabila perusahaan modal ventura yang selama ini mendukung keuangan perusahaan rintisan menyimpan dana di bank tersebut. ***

Editor: Ali A

Sumber: antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler