BANGKRUT! Inilah 4 Fakta Penyebab Kekacauan Sri Lanka akibat Krisis Ekonomi Berkepanjangan

- 19 Mei 2022, 11:20 WIB
Demo besar-besaran mahasiswa dan rakyat berhasil menggulingkan Presiden Gotabaya Rajapaksa yang mengundurkan diri, diikuti perdana menteri dan para pejabat negara.
Demo besar-besaran mahasiswa dan rakyat berhasil menggulingkan Presiden Gotabaya Rajapaksa yang mengundurkan diri, diikuti perdana menteri dan para pejabat negara. /Tangkapan layar video/BBC News

Sebagian besar kemarahan rakyat ditujukan pada keluarga Rajapaksa, yang telah memegang posisi kunci pemerintah selama beberapa dekade.

Di akhir perang saudara pada 2009, Sri Lanka memilih untuk lebih fokus pada pasar domestik daripada menjual ke luar negeri. Jadi pendapatan dari ekspor tetap rendah, sementara tagihan impor terus bertambah.

Sri Lanka sekarang mengimpor 3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun.

Biaya hidup telah meroket di Sri Lanka, dengan biaya makanan hingga 30% lebih mahal dari setahun sebelumnya.

Pemerintah juga menumpuk utang besar dengan negara-negara termasuk China, untuk mendanai apa yang disebut para kritikus sebagai proyek infrastruktur yang tidak perlu.

Baca Juga: Hanya Netizen Indonesia yang Bisa Membuat Artis Internasional Ganti Profil Instagram Menjadi...

Pada akhir 2019, Sri Lanka memiliki cadangan devisa berupa mata uang asing sebesar 7,6 miliar dolar AS).

Namun, pada Maret 2020 cadangannya menyusut menjadi hanya 1,93 miliar dolar AS). Dan baru-baru ini pemerintah mengatakan hanya ada 50 juta dolar AS yang tersedia di negara itu.

Beberapa kebijakan populis pemerintah juga dipersalahkan karena memperburuk situasi.

Ketika berkuasa pada 2019, Presiden Gotabaya Rajapaksa memutuskan untuk menawarkan pemotongan pajak yang besar, menyisakan lebih sedikit uang untuk membeli mata uang asing.

Halaman:

Editor: Arbian T

Sumber: BBC News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah