Kajian Ramadhan Prof Ahmad Rofiq: Jangan Harapkan Pahala Puasa Tanpa Bayar Zakat Fitrah

- 9 April 2022, 17:37 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Dok pribadi

PORTAL PEKALONGAN - Prof Dr H Ahmad Rofiq MA kali ini menyampaikan kajian Ramadhan mengenai kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan dan kawajiban membayar zakat fitrah untuk menyempurnakan ibadah puasa. 

Diketahui, Prof Ahmad Rofiq adalah Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW-DMI) Jawa Tengah (Terpilih, 2022-2027), dan Guru Besar Univeristas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Dilansir Portalpekalongan.com dari penjelasan tertulis, berikut ini Prof Dr H Ahmad Rofiq MA dalam menyampaikan kajian Ramadhan mengenai kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan dan kawajiban membayar zakat fitrah untuk menyempurnakan ibadah puasa.

Baca Juga: Prof Ahmad Rofiq: 7 Amalan Sholeh yang Utama di Bulan Ramadhan

Ibadah puasa Ramadhan diwajibkan setelah diubahnya arah kiblat dari menghadap ke Masjidil Aqsha Palestina selama satu setengah tahun, menjadi menghadap ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekah, 10 Sya’ban tahun kedua Hijriyah. Rasulullah saw menjalankan ibadah puasa 9 (sembilan) kali Ramadhan dalam 9 (Sembilan) tahun, dan beliau wafat bulan Rabiul Awal tahun ke-11 H (Wahbah Az-Zuhaily: juz 3/1629).

Setelah itu, zakat diwajibkan pada bulan Syawal tahun ke-2 H, setelah diwajibkan puasa Ramadhan dan Zakat Fitrah (Ibid., h. 1792). Puasa dan zakat merupakan rukun – atau pilar – Islam, yang karena itu, apabila seseorang mengaku Islam, akan tetapi tidak menjalankan ibadah puasa Ramadhan tanpa ada udzur syar’i, juga tidak membayar zakat, apalagi dia mengingkari kewajiban zakat, maka termasuk kafir dan murtad, meskipun ia muslim dan tumbuh di negara Islam dan ahli ilmu (Ibid., h. 1792).

Ini artinya, ada pesan yang sangat substantif dan filosofis, bahwa orang Muslim, melalui ibadah puasa Ramadhan dan membayar zakat, idealnya, ia juga orang yang shalih secara ritual-vertikal dan juga shalih sosial-horizontal. Jika ibadah puasa, lebih bernuansa sangat personal, karena menahan makan, minum, hubungan suami istri, dan hal lain yang dapat membatalkan puasa, ibadah puasa juga khusus untuk Allah, dan Allah yang akan membalasnya.

Baca Juga: Ramadhan Membakar Karat dan Dosa, Benarkah? Ini Penjelasan Prof Ahmad Rofiq

Rasulullah saw bersabda: “Semua amalan Anak-anak Nabi Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa adalah untuk Aku (Allah) dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah benteng, dan jika seseorang dari kalian berpuasa, maka jangan berkata kotor, jangan buru-buru, maka jika ada yang mengumpat atau mengajak perang, maka berkatalah: “Aku orang yang berpuasa. Demi Dzat yang diriku dalam genggaman-Nya, sungguh aroma mulut orang yang erpuasa itu lebih wangi di sisi Allah dari aroma minyak misik.

Halaman:

Editor: Arbian T


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah