Kajian Ramadhan Prof Ahmad Rofiq: Puasa, Kejujuran, dan Takut kepada Allah

4 April 2022, 11:19 WIB
Prof Ahmad Rofiq /Dok Pribadi

PORTAL PEKALONGAN - Prof Dr H Ahmad Rofiq MA menyampaikan kajian Ramadhan mengenai puasa, kejujuran, dan takut kepada Allah Swt.

Diketahui, Prof Ahmad Rofiq adalah Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW-DMI) Jawa Tengah (Terpilih, 2022-2027), dan Guru Besar Univeristas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Dilansir Portalpekalongan.com dari penjelasan tertulis, berikut ini Prof Dr H Ahmad Rofiq MA dalam menyampaikan kajian Ramadhan mengenai puasa, kejujuran, dan takut kepada Allah Swt.

Baca Juga: Kajian Ramadhan Prof Ahmad Rofiq: Nasihat Al-Faqih Abu Laits dan Keutamaan Puasa

Alhamdulillah kita sudah melaksanakan ibadah puasa, apakah Anda sudah merasakan secara psikologis, pada hati dan fikiran Anda? Misalnya ada tambahan perasaan bahagia dan makin merasa tenang? Tentu yang bisa menjawab adalah Anda sendiri, bukan orang lain.

Karena itulah, redaksi “la’allakum tattaqûn” dalam QS. Al-Bawarah (2): 183, itu menggunakan kata kerja sedang atau akan datang. Para ulama menyebutkan, fi’il mudhari’ itu menunjukkan adanya istimrâr al-tajaddud atau kesinambungan untuk memperbaharui.

Dalam bahasan kedua dalam kitab Mukâsyafatu l-Qulûb, Imam Al-Ghazali membuat sub-judul “Sekali Lagi tentang Rasa Takut kepada Allah Ta’ala” (hal. 30).

Baca Juga: DMI dan Waspada Ayam yang Tidak Halal, Prof Ahmad Rofiq:

Diilustrasikan, bahwa “Apabila tubuh orang yang beriman itu gemetar karena takut kepada Allah Ta’ala, berguguranlah dosa-dosanya seperti daun yang berguguran dari pohon”. Didahului penjelasan tentang Allah mempunyai malaikat-malaikat di langit ke tujuh yang sujud sejak Allah menciptakan mereka hingga hari kiamat. Itulah yang digambarkan Allah: “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa di atas mereka, dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (QS. Al-Anfal (8): 50).

Sudah barang tentu yang kita harapkan, takut kita kepada Allah kita oleh menjadi rasa cinta kepada Allah. Ibadah puasa mengajarkan pada kita untuk jujur. Karena Allah menegaskan, bahwa ibadah puasa kita adalah untuk Allah dan Allah yang akan langsung membalasnya (Hadits Qudsi).

Rasulullah saw bersabda: “Bagi orang yang puasa, ada dua kebahagiaan, kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah” (Riwayat Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, dan Ibnu Majah).

Baca Juga: Sambut Ramadhan 1443 Hijriah, Inilah Tausyah Ketua PW-DMI Jawa Tengah Prof Ahmad Rofiq

Al-Ghazali mengisahkan, “seorang laki-laki menyukai seorang perempuan. Kala perempuan itu keluar, lelaki itu pun pergi bersamanya. Ketika laki-laki itu menyendiri dengan perempuan itu di suatu dusun, orang-orang dusun sudah pada tidur, dan laki-laki itu pun menyampaikan keinginannya pada perempuan itu.

Perempuan itu pun bertanya kepadanya: “Lihatlah apakah semua orang sudah tidur? Lelaki ini pun bergembira, dan mengira perempuan itu sudah siap dan bersedia menerima keinginannya. Untuk meyakinkan, lelaki tersebut masih mengelilingi untuk meyakinkan, bahwa mereka sudah tidur”.

Setelah dipastikan semua sudah tidur, perempuan itu pun bertanya, dan cukup mengagetkan: “Apa pendapatmu tentang Allah Ta’ala. Apakah Dia tidur saat ini? Lelaki itu pun menjawab: “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak tidur dan Dia tidak mengantuk dan tidur”.

Perempuan itu pun berkata: “Sesungguhnya Allah yang tidak pernah tidur dan tidak akan tidur melihat kita, meskipun orang-orang tidak melihat kita. Oleh karena itu, Dia lebih patut untuk ditakuti”.

Baca Juga: Prof Ahmad Rofiq terpilih sebagai ketua DMI Jateng

Mendengar pendapat perempuan tersebut, lelaki itu meninggalkan perempuan itu, karena takut kepada Allah dan ia pun bertaubat dan kembali ke kampung halamannya” (hal. 31). Ketika laki-laki itu meninggal dunia, orang-orang bermimpi melihatnya. Apa yang dilakukan Allah kepada laki-laki tersebut? Orang itu menjawab: “Allah mengampuni aku karena aku takut kepada Allah dan meninggalkan dosa itu” (Ibid).

Ibadah puasa mengajarkan dan melatih kita supaya bisa jujur pada diri kita sendiri, dan takut kepada Allah, agar kita disayangi-Nya. Al-Ghazali mengutip dari Kitab Bidayatu l-Hidayah yang menyebutkan, bahwa pada hari kiamat didatangkan Jahannam yang bersuara keras, sehingga setiap umat duduk berlutut karena takur akan kedahsyatannya.
Inilah yang digambarkan Allah Ta’ala: “Dan (pada hari itu) kami lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya” (QS. Al-Jatsiyah: 28).

Allah ‘Azza wa Jalla mengingatkan kita, “Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal-(nya). Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal-(nya)” (QS. An-Nazi’at: 37-41).

Baca Juga: Wisata Halal di Semarang, Prof Ahmad Rofiq: Membuka Peluang dan Tantangan

Berbahagialah kita dimudahkan dan ditolong oleh Allah menjadi hamba-hamba-Nya yang beriman, dan dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, semoga kita ikhlas dan khusyu’ menjalankannya, menyempurnakan dengan shalat maktubat dan shalat sunnah, sehingga kita mendapati pintu khusus, yakni pintu Rayyan, yang hanya dilewati oleh hamba-hamba yang berpuasa Ramadhan. Allahumma innaka ‘afuwwun karim, tuhibbu l-‘afwa fa’fu ‘anna. Allah a’lam bish-shawab.***

Editor: Arbian T

Tags

Terkini

Terpopuler