Spirit Ramadhan dan Ke-Istiqamahan, Prof Ahmad Rofiq: Alquran Memberi Petunjuk Ini...

29 April 2022, 10:26 WIB
Spirit Ramadhan dan Ke-Istiqamahan, Prof Ahmad Rofiq: Alquran Memberi Petunjuk Ini... /Dok pribadi

PORTAL PEKALONGAN - Momentum bulan Ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita.

Ada kegembiraan dan kesedihan.

Kegembiraan apabila kita mampu menyempurnakan ibadah puasa.

Baca Juga: Rahasia Dibalik Peristiwa Lailatul Qadar Malam 1000 Bulan Berikut Ciri-Cirinya Menurut Prof Ahmad Rofiq

Kesedihan karena Ramadhan, bulan penuh berkah dan kasih sayang itu, meninggalkan kita.

Di dalam bulan Ramadhan, Allah menurunkan wahyu pertama, yang berisikan dua pilar dasar kehidupan manusia untuk mendapat panduan dari Allah, pertama, membaca (iqra’) dan kedua, kesadaran teologis, senantiasa sadar akan kehadiran Allah Tuhan Sang Pencipta alam raya dan isinya. QS. Al-‘Alaq :1-5: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengejar (manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Dengan Alquran, Allah menegaskan: “Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra’: 9).

Banyak hal dapat difahami, pertama: Ramadhan adalah kesempatan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, untuk membersihkan dosa dan residu yang boleh jadi sudah berkarat selama sebelas bulan.

Kedua, pada bulan Ramadhan, Alquran diturunkan sebagai hidayah atau petunjuk bagi manusia, agar mampu merawat fitrah kemanusiaannya, dapat memanusiakan dirinya sendiri dan juga orang lain.

Baca Juga: Lailatul Qadar Jatuh di Malam 27 Ramadhan? Ini Kata Prof Ahmad Rofiq

Ketiga, hidup manusia yang dikarunia titrah manusia adalah bertuhankan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, manusia yang menjaga fitrahnya, dia akan senantiasa rendah hati, tawadhu’, dan menjauhkan diri dari sombong, takabur, riya dan sum’ah. Orang yang menjaga fitrahnya, ia selalu berusaha untuk belajar sepanjang hayat, bertutur kata secara lembut, menjaga akhlakul karimah dan budi pekertinya, agar ia mampu menduplikasi sifat Rahman dan Rahim Allah. 

Keempat, kehidupan manusia akan dapat menemukan jalan terang menyingkap hal-hal yang menjadi kemajuan manusia, berdasar pada membaca – baik-baik terhadap ayat-ayat Alquran maupun ayat-ayat kauniyah dan sunnatullah, dengan berbasis kesadaran teologis-eskatologis, agar tidak salah arah.      

Rasulullah saw sebagai sosok uswatun hasanah yang diamanati dan dipilih oleh Allah menjadi Rasul dan pembawa risalah Alquran, digambarkan oleh Syekh Muhammad al-Ghazali, penulis Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad saw sebagai berikut: “Meskipun begitu banyak buku ditulis tentang Nabi Muhammad, sosok agung itu tidak akan pernah selesai diungkap secara final.

Sebab batinnya mensamudra, dan ilmunya mencakrawala. Di dalam dirinya tersimpan segala kearifan masa lalu, dan segala pengetahuan suci masa depan. karena itu tidaklah meleset ketika seorang sufi Persia dari abad ke-12 menulis bait berikut ini: “Muhammad walaupun engkau ummi, tidak bisa baca tulis, tetapi seluruh perpustakaan dunia tersimpan rapi dalam dirimu. 

Baca Juga: Puasa, Zakat, dan Pemberdayaan Umat, Prof Ahmad Rofiq: Disiplin dalam Menahan Ini...

Ini karena ilmu yang menggenang dalam diri beliau, adalah merupakan anugerah tak kepalang yang meluruh secara langsung (ladunni) dari tahta keagungan Allah SWT”. Rasulullah saw dihadirkan oleh Allah ke muka bumi ini, sebagai figur teladan yang baik (uswatun hasanah) yang memiliki empati, simpati, dan kepedulian yang sangat kuat ketika melihat, menghadapi situasi ketidakadilan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh sesama orang-orang yang beriman. Beliau letakkan fondasi hidup ini, di atas kerangka yang sangat kuat yakni iman dan amal salih. Iman adalah fondasi batin, hati yang kuat, dan akidah yang kokoh, yang tidak mudah tergoyahkan oleh apapun, apalagi hanya godaan dan iming-iming keduniawian dan jabatan.

Kelima, puasa mendidik kita menjadi manusia yang memiliki kedermawanan, setelah merasakan lapar dan haus sementara. Banyak saudara kita yang boleh jadi masih lapar dan haus berkepanjangan. Karena itu, Rasulullah saw menganjurkan memberi takjil, baik melalui infaq atau sedekah, agar kita mampu membahagiaan saudara kita yang berpuasa.
Islam diturunkan untuk merealisasikan kasih sayang Allah di muka bumi ini (rahmatan lil ‘alamin).

Rasulullah Muhammad saw. memberikan teladan dan tuntunan, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berpemerintahan, beliau mengedepankan sifat dan sikap lemah lembut namun tegas, selalu menjadi pemaaf, dan bahkan selalu memohonkan ampunan orang lain kepada Allah SWT, dan di atas segalanya sangat menghormati dan mengajak orang lain bermusyawarah dan bekerja keras, namun tetap bertawakkal kepada Allah SWT agar tidak takabbur namun rendah hati. 

Baca Juga: Kajian Ramadhan Prof Ahmad Rofiq: Puasa, Zakat, dan Pemberdayaan Umat

Firman Allah: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 159).

Dan juga QS. Fushshilat (30) menegaskan: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Dan juga pada ayat berikutnya, QS. Fushshilat ayat 31: “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta”.

Mengakhiri renungan ini, kita renungkan bersama, sabda Rasulullah saw: Dari lbnu Mas’ud  r.a., bahwa Nabi  Saw. bersabda: ”Seandainya umatku mengetahui pahala ibadah bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar satu tahun penuh menjadi Ramadhan semua“.

Marilah kita berikhtiar dengan bermodalkan spirit Ramadhan, agar kita dapat untuk menjaga keistiqamahan kita. Agar kita dapat hidup tenang dan Bahagia, karena janji Allah, kita tidak perlu takut, khawatir, dan disiapkan surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA adalah Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat dan Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat.*

Editor: Oriza Shavira A

Tags

Terkini

Terpopuler