Spirit Ramadhan dan Ke-Istiqamahan, Prof Ahmad Rofiq: Alquran Memberi Petunjuk Ini...

- 29 April 2022, 10:26 WIB
Spirit Ramadhan dan Ke-Istiqamahan, Prof Ahmad Rofiq: Alquran Memberi Petunjuk Ini...
Spirit Ramadhan dan Ke-Istiqamahan, Prof Ahmad Rofiq: Alquran Memberi Petunjuk Ini... /Dok pribadi

Banyak hal dapat difahami, pertama: Ramadhan adalah kesempatan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, untuk membersihkan dosa dan residu yang boleh jadi sudah berkarat selama sebelas bulan.

Kedua, pada bulan Ramadhan, Alquran diturunkan sebagai hidayah atau petunjuk bagi manusia, agar mampu merawat fitrah kemanusiaannya, dapat memanusiakan dirinya sendiri dan juga orang lain.

Baca Juga: Lailatul Qadar Jatuh di Malam 27 Ramadhan? Ini Kata Prof Ahmad Rofiq

Ketiga, hidup manusia yang dikarunia titrah manusia adalah bertuhankan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, manusia yang menjaga fitrahnya, dia akan senantiasa rendah hati, tawadhu’, dan menjauhkan diri dari sombong, takabur, riya dan sum’ah. Orang yang menjaga fitrahnya, ia selalu berusaha untuk belajar sepanjang hayat, bertutur kata secara lembut, menjaga akhlakul karimah dan budi pekertinya, agar ia mampu menduplikasi sifat Rahman dan Rahim Allah. 

Keempat, kehidupan manusia akan dapat menemukan jalan terang menyingkap hal-hal yang menjadi kemajuan manusia, berdasar pada membaca – baik-baik terhadap ayat-ayat Alquran maupun ayat-ayat kauniyah dan sunnatullah, dengan berbasis kesadaran teologis-eskatologis, agar tidak salah arah.      

Rasulullah saw sebagai sosok uswatun hasanah yang diamanati dan dipilih oleh Allah menjadi Rasul dan pembawa risalah Alquran, digambarkan oleh Syekh Muhammad al-Ghazali, penulis Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad saw sebagai berikut: “Meskipun begitu banyak buku ditulis tentang Nabi Muhammad, sosok agung itu tidak akan pernah selesai diungkap secara final.

Sebab batinnya mensamudra, dan ilmunya mencakrawala. Di dalam dirinya tersimpan segala kearifan masa lalu, dan segala pengetahuan suci masa depan. karena itu tidaklah meleset ketika seorang sufi Persia dari abad ke-12 menulis bait berikut ini: “Muhammad walaupun engkau ummi, tidak bisa baca tulis, tetapi seluruh perpustakaan dunia tersimpan rapi dalam dirimu. 

Baca Juga: Puasa, Zakat, dan Pemberdayaan Umat, Prof Ahmad Rofiq: Disiplin dalam Menahan Ini...

Ini karena ilmu yang menggenang dalam diri beliau, adalah merupakan anugerah tak kepalang yang meluruh secara langsung (ladunni) dari tahta keagungan Allah SWT”. Rasulullah saw dihadirkan oleh Allah ke muka bumi ini, sebagai figur teladan yang baik (uswatun hasanah) yang memiliki empati, simpati, dan kepedulian yang sangat kuat ketika melihat, menghadapi situasi ketidakadilan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh sesama orang-orang yang beriman. Beliau letakkan fondasi hidup ini, di atas kerangka yang sangat kuat yakni iman dan amal salih. Iman adalah fondasi batin, hati yang kuat, dan akidah yang kokoh, yang tidak mudah tergoyahkan oleh apapun, apalagi hanya godaan dan iming-iming keduniawian dan jabatan.

Kelima, puasa mendidik kita menjadi manusia yang memiliki kedermawanan, setelah merasakan lapar dan haus sementara. Banyak saudara kita yang boleh jadi masih lapar dan haus berkepanjangan. Karena itu, Rasulullah saw menganjurkan memberi takjil, baik melalui infaq atau sedekah, agar kita mampu membahagiaan saudara kita yang berpuasa.
Islam diturunkan untuk merealisasikan kasih sayang Allah di muka bumi ini (rahmatan lil ‘alamin).

Halaman:

Editor: Oriza Shavira A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x